Prolog
Lembaga Pengkajian Ilmu Keislaman (LPIK) merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di UIN SGD Bandung. Selaras dengan namanya, secara spesifik mengkaji masalah-masalah yang bersifat keilmuan, khususnya keislaman.
LPIK didirikan atas kegelisahan, kepenatan, kesuntukan, kejengkelan mahasiswa angkatan 95 IAIN SGD Bandung, tepatnya pada tanggal 14 Mei 1996. Kala itu, keadaan civitas akademik tak begitu akrab dan kurang kondusif, hingga nyaris kehilangan ruh dalam pengembangan keilmuan. Salah satu buktinya dengan kurang responnya sebagian besar mahasiswa IAIN (Kini, UIN) terhadap kegiatan-kegiatan yang bersifat penalaran intelektual–yang sangat nampak lesu, loyo, dan kurang mendapat sambutan.
Ilustrasi di atas secara sederhana menggelitik, menyengat sehingga menggugah mahasiswa yang memiliki komitmen terhadap pengembangan keilmuan dalam dirinya sebagai minfestasi dari pengjawantahan Tri Darma Perguruan Tinggi dan sesuai dengan obsesi mereka sebelum memasuki sebuah wadah yang memiliki legalitas formal. Maka terbentuklah Lembaga Pengkajian Ilmu Keislaman yang disingkat LPIK (lihat AD Bab 1 pasal 1), sebagai wahana penampung dan penyalur hasrat, penggelora semangat, pendidih inspirasi dan penguak apresiasi dalam hal penalaran dan intelektual.
Maksud dan Tujuan
Berangkat dari histories tersebut, maka maksud dan tujuan pendirian LPIK adalah; a) Membangkitkan semangat keilmuan mahasiswa demi terwujudnya kultur yang ilmiah di kampus UIN SGD Bandung; b) Meningkatkan sumber daya manusia dalam bidang ilmu keislaman dan wacana kontemporer; c) Sebagai wahana dan ajang silaturahmi, silatu al fikri dan silat al dzikri serta lintas multi disipliner keilmuan; sebagai perwujudan Tri Darma Perguruan Tinggi.
Visi dan Misi
Visi diartikan sebagai kemampuan untuk melihat pada inti persoalan, pandangan, penglihatan, wawasan dan apa-apa yang nampak di khalayak banyak. Sedangkan misi diartikan tugas yang dirasakan sebagai suatu kewajiban untuk melakukannya demi agama, ideology, patriotisme dan lai sebagainya
Mengkaca pada difinisi diatas dan melihat gerak histories dari perjalanan pasang surut serta cita-cita pada masa yang akan dating, maka dirumuskan visi dan misi LPIK sebagai berikut:
Visi* “Centre Of Excellence untuk Pengembangan Ilmu Keislaman”
Misi* “Wahana Dan Ajang As Silaturahmi, Silatu Al Fikri Dan Silat Al Dzikri Civitas Akademika Unuk Liberasi, Emanasi Dan Transendensi”
Profesionalisme Sebagai Alternative
Profesionalisme dalam konteks ini adalah niscaya. Untuk mendapatkan pengertian yang bernas tentang kata tersebut di bawah ini diikuti arti secara leksikal. Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan dan keahlian tertentu. Professional berkaitan dengan profesi yang memerlukan kepandaian khusus dan untuk menjalankannya, tentunya mengharuskan adanya bayaran atau gaji guna melakukannya. Profesionalisme dengan demikian adalah mutu, kualitas dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang professional.
Untuk menyebut diri sebagai lembaga atau organisasi yang professional, saat menggeliat dari tidur gundahnya ini maka LPIK memungkinkan masih bermil jaraknya dari sebutan di atas. Terlebih itu secara letter link mengacu pada definisi di atas. Namun al lesate dari visi dan misi LPIK sesungguhnya tengah menuju ke arah itu. Konkretnya, prioritas menjadi lembaga pengkajian ilmu keislaman yang memiliki profesionalisme memadai tercermin dari berbagai program kerja seperti.
Pertama, Paket Kuliah Intensif. Pada program ini selain intensitas tema dan silabus kajian berasal dari internal organisasi baik pengurus maupun anggota LPIK, juga berasal dari aspirasi eksternal LPIK. Untuk itu LPIK membuka kuliah pendalaman metodologi membongkar wacana dan peket-paket ilmu-ilmu pengantar seperti logika, filsafat, agama budaya dan ilmu-ilmu social serta kajian-kajian tokoh beserta pemikirannya.
Kedua, Paket Keterampilan Dan Kemahiran Wacana. Identitas kita sebagai lembaga kajian tidak terlepas dari koridor tradisi membaca, menulis, berdiskusi dan meneliti. Keempat factor ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari apa yang disebut sebagai keterampilan kemahir wana-an yang merupakan alat untuk memperoleh, memperluas dan memperdalam ilmu. Dengan keterampilan dan kemampuan meneliti, kita akan tidak sekedar menjadi “pelahap” dan “pengecer” ilmu, tapi menjadi pengembang biak ilmu. Artinya kita tidak sekedar mempelajari “fosil ilmu” namun menciptakan hal- hal yang baru dengan teori dan metodologi serta kawasan kajian yang lebih kreatif mengkontek dan produktif.
Dalam tahap operasional praksis diharapkan menjadi sebuah SPIRIT LIBERATIF, EMANSIPATIF DAN TRANSENDENTIF . semua ini adalah syarat utama ketika hendak memposisikan diri sebagai insan akademis, calon cendikiawan muda, THE POWER OF IDEALS dan pemasok ide-ide yang brilian. Yang bergerak dengan semangat mencari kebenaran memverivikasi dan bahkan memfalsifikasi kebenaran yang sudah mapan.
Adapun, program konkrit sebagai pengejawantahan idealisme di atas adalah skill building yang meliputi; 1) writing skill dengan bentuk pelatihan diklat penulisan 2) reading skill dengan sorogan referensi berbahasa asing 3) research skill dalam bentuk kegiatan pelatihan diklat penellitian 4) discussion skill melalui serangkaian ritual diklat presentator moderator.
Network Intelektual
Dalam pengorganisasian pelaksanaan program kerja guna mencapai tujuannya, LPIK selain menggunakan metode juga ditempuh dengan afiliasi kolaborasi dan cooperation. Dengan menjalin net work intelektual yang elaras dengan LPIK anrara lain; 1) dari segi intern kampus, yakin dengan lembaga kajian-kajian civitas akademika (dosen dan mahasiswa) baik tigkat institute, fakultas maupun jurusan 2) dari semi ekstern kampus dan lembaga eksternal kampus seperti HMI, PMII, IMM, KAMMI dan lain-lain. 3) dari ekstern kampus lembaga kajian yang ada di perguruan tinggi lain seperti UNPAD (nalar Jaatinangor, Batu Api) ITB (Skau) UNIOSBA, UNPAR (Jaka Tarub, Pondok Humaniora) STT Driyakarya, STT Apostolos, STT Tiranius 4) lembaga Penerbitan (Qalam, Kiblat) dan Pers, LSM (Pakuan, Desantara).
Network atau jaringan itu dengan asas inklusivisme, pluralisme, humanisme, liberalisme dan semangat akademik yakni dengan menjunjung tinggi sikap dan sifat kebenaran dan keterbukaan.
Epilog
Akhirul kalam, kami hanya bias berharap semoga kita bias menata kembali guna menapak jalan yang lebih baik dari sebelumnya. Seperti yang diungkapkan oleh R asulullah melalui sabdanya hari ini lebih baik dari hari kemarin, begitupun dengan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Apalagi hari ini merupakan hari yang bahagia bagi teman-teman generasi baru yang kelak di kemudian hari pasti akan menggantikan kami. Maka kami hanya bias mengucapkan selamat dating di rumah kedua ini yang sesak dan bau bangkai para cendikiawan dan intelektual. Tetapi tetap bernuansa dan beraroma!