(UINSGD.AC.ID)-Diriwayatkan dari Abu Hurairah: Dia mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga orang Bani Israil yang menderita kusta, botak dan dipenuhi penyakit serta buta. Allah SWT hendak menguji mereka dan diutuslah malaikat untuk menemui mereka. Kepada yang kusta, diberikanlah hal yang paling diinginkan dan harta paling disukai. Disembuhkanlah kusta tersebut dan diberikanlah warna kulit yang bagus. Kepada dia diberikan unta yang sudah hampir beranak.
Kemudian, ditemui pula orang yang botak. Kepada orang tersebut, ditumbuhkanlah rambutnya dan disembuhkanlah penyakit yang dideritanya. Diberikan pula sapi yang sudah akan melahirkan. Sementara si buta menginginkan, dapat kembali melihat dan diberikan kepadanya kambing yang produktif. Ketiganya pun hidup makmur. Si kusta mempunyai satu lembah unta. Si botak memiliki satu lembah sapi dan si buta memiliki satu lembah kambing.
Setelah sekian lama, malaikat datang untuk menguji ketiganya. Ditemuilah si Kusta yang kini telah sembuh dan kaya raya. Lalu malaikat berkata, “Aku seorang miskin yang kekurangan bekal perjalanan. Aku meminta satu unta kepadamu untuk bekalku selama dalam perjalanan.” Jawab dari mantan penderita kusta itu, “Tanggunganku banyak. Harta kekayaanku ini hanyalah warisan dari kakek nenekku.” Malaikat berkata,” Kalau kamu bohong, Allah SWT akan menjadikanmu seperti semula.” Malaikatpun menemui si botak yang kini menjadi pemilik sapi begitu banyak. Jawabannya sama dengan si kusta. Keduanya kemudian dikembalikan menjadi penderita kusta, botak dan penuh penyakit.
Malaikatpun menemui yang dulunya buta dengan rupa dan bentuknya semula. Malaikat itu berkata,”Aku seorang miskin lagi musafir yang kekurangan bekal di perjalanan. Aku meminta seekor kambing kepadamu untuk menjadi bekalku.” Orang yang dulunya buta itu menjawab, ”Dahulu aku buta, kemudian Allah SWT mengembalikan penglihatanku. Ambil saja kambing itu beberapa yang kamu suka dan tinggalkan sisanya menurut kehendakmu. Demi Allah, aku tidak keberatan sedikitpun terhadap apa yang kamu ambil karena Allah.” Malaikat itu berkata, “Peganglah hartamu, aku hanya mengujimu. Sungguh Allah telah ridho kepadamu dan murka kepada dua sahabatmu,” (HR Muslim).
Dari kisah itu kita belajar, harta itu menyilaukan dan kerap membuat lupa. Ketika disimpan di hati, dia akan menguasai nafsu diri. Serakah, tamak dan selalu merasa kekurangan akan menguasai. Berlomba mengumpulkannya, membuat lalai bahwa kematian mendekati hidupnya.
Harta merupakan alat dan titipan, gunakan sesuai petunjuk Tuhan. Belajarlah untuk tulus memberi dan berbagi. Tidak mudah memang untuk ridho atas apa yang kita berikan. Iri, kesal, jengkel dan merasa kurang dihargai kerap menyertai. Oleh karena itu, hati harus terus dilatih, agar ketulusan menghiasi pribadi. Rejeki sepenuhnya dari Tuhan, manusia mengusahakan, selanjutnya digunakan untuk kemanfaatan. Salah satunya membantu saudara yang membutuhkan. Wallaahu’alam
Iu Rusliana Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Bandung
Sumber Republika 13 Januari 2022