[www.uinsgd.ac.id] Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN SGD) Bandung berkomitmen untuk melakukan spesifikasi ilmu-ilmu keislaman (Islamic Studies) ke dalam berbagai disiplin ilmu yang lebih aplikatif untuk terus meningkatan kualitas umat Islam Indonesia.
“Kami sebut dengan istilah super spesifikasi. Ini dilakukan demi peningkatan kualitas pendidikan umat Islam Indonesia, khususnya di Jawa Barat. UIN Bandung bersama masyarakat Jawa Barat membangun umat melalui pengembangan keilmuan baik itu pengajaran, penelitian dan pengabdian,” ujar Rektor Prof. Mahmud dalam acara Pengukuhan Guru Besar UIN SGD Bandung di Bandung, Rabu (28/3).
Rektor pun mengajak semua pihak untuk meningkatkan kerja sama dalam menguatkan tradisi keilmuan di UIN Bandung. “Intinya kegiatan kemarin (Selasa) dan hari ini (Rabu) adalah syukuran. Tapi lebih dari itu, kami ingin tradisi ilmiah terjaga, terus dikembangkan dan kepakaran para profesor dapat dipetakan,” jelasnya.
Pikiran, ucapan, karya tulis dan tindakan guru besar, lanjut Prof. Mahmud, merupakan rujukan pengembangan ilmu dan sekaligus mengangkat universitas semakin terhormat. Secara internal dan pada konteks kaderisasi, para guru besar yang dikukuhkan dapat menggandeng para dosen muda lainnya yang dipersiapkan untuk menjadi profesor.
“Kita dorong percepatan guru besar di kampus ini. Seluruh civitas akademika UIN Bandung harus disinergikan. Dengan kekuatan sumber daya manusia yang ada, saya yakin rating UIN Bandung akan lebih kuat bukan hanya di kalangan akademisi dan masyarakat di Jawa Barat, tapi juga di Indonesia dan dunia,” ujar Rektor.
Tiga orang guru besar baru UIN SGD Bandung berfoto bersama seusai sidang terbuka Senat UIN SGD Bandung, Rabu (28/3).
UIN Bandung, jelas Prof. Mahmud, berupaya mencapai target sesuai visi sebagai universitas Islam negeri yang unggul dan kompetitif berbasis wahyu memandu ilmu dalam bingkai akhlak karimah di Asean tahun 2025.
Acara pengukuhan enam guru besar tersebut merupakan salah satu rangkaian acara dies natalis ke-50. Dilakukan melalui sidang senat terbuka yang dipimpin oleh Ketua Senat Universitas Prof. Nanat Fatah Natsir. Prof. Nanat menekankan pentingnya keberadaan guru besar bagi penguatan iklim akademis di UIN Bandung.
“Keberadaan profesor menjadi energi akademik, dimana kampus dapat memberikan sumbangsihnya yang lebih baik bagi masyarakat akademis dan masyarakat umum,” ujar Nanat.
Sebanyak tiga orang (Prof. Rahayu Kariadinata, Prof. Uus Ruswandi dan Prof. Aan Hasanah) menyampaikan pidato pengukuhannya pada hari Selasa (27/3) dan tiga orang lainnya (Prof. Sulasman, Prof. M Anton Athoillah dan Prof Nina Nurmila) pada hari Rabu (28/3).
Rahayu Kariadinata menyampaikan pidato berjudul “Paradigma Pembelajaran Matematika di Era Digital: Tantangan dan Peluang.” Rahayu dikukuhkan sebagai guru besar Ilmu Pendidikan Matematika. Menurut Rahayu, paradigma pembelajaran matematika di era digital menghendaki adaptasi, literasi baru dan perancangan model dengan bantuan teknologi.
Uus Ruswandi menyampaikan pidato berjudul “Model Pendidikan Nilai Berbasis Karakter ‘Ibad Al-Rahman Dalam Upaya Membina Pribadi Akhlak Karimah” dan dikukuhkan sebagai guru besar Pendidikan Agama Islam. Menurut Uus, pengembangan nilai berbasis karakter ‘ibad al-rahman teramat membantu bagi tujuan pendidikan. Guru besar bukan hanya bertugas mentransformasikan pengetahuan, tetapi juga transformasi nilai melalui keteladanan.
Aan Hasanah dikukuhkan sebagai guru besar Ilmu Psikologi Pendidikan menyampaikan pidato berjudul “Pendidikan Karakter Dalam Peta Keilmuan dan Riset Pendidikan.” Menurut Aan, pendidikan karakter menciptakan peradaban unggul. Karenanya, pendidikan karakter harus terintegrasi pada sistem pendidikan secara nasional yang sekaligus merupakan peluang riset yang masih luas.
Sulasman dikukuhkan sebagai guru besar Ilmu Sejarah Kebudayaan Islam menyampaikan pidato berjudul “Islam Nusantara: Islam Berkemajuan, Damai, Moderat dan Toleran. M Anton Athoillah, guru besar Ilmu Ekonomi Islam menyampaikan pidato berjudul “Saintifikasi Ekonomi Islam: Antara Ijtihad Akademik dan Bukti Empirik”. Sementara itu, Nina Nurmila, guru besar Ilmu Fiqih menyampaikan pidato berjudul “Fiqih Kontemporer Berperspektif Keadilan Gender”. []