UIN SGD Bandung Kembangkan Islam Moderat

Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung siap menjadi role model dalam pengembangan moderasi Islam di Indonesia.”Komitmen kami, secara akademik maupun praktik di lapangan, membangun Islam moderat di Indonesia. Itu bisa dibuktikan dalam berbagai riset, kajian, seminar, konferensi, dan agenda-agenda ilmiah di tingkat program studi, fakultas maupun universitas. Itulah kesungguhan kami,” jelas Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof Dr Mahmud, M.Si di sela-sela acara pertemuan Guru Besar Perguruan Tinggi Keagamaan Islam se-Indonesia di Bandung, Jumat (7/12).
Acara, yang bertemakan Membingkai Agama dan Kebangsaan ini, merupakan kegiatan kedua yang diselenggarakan Kementerian Agama RI. Ini agenda strategis agar para guru besar tidak hanya berada di ruang laboratorium riset atau kelas, tetapi juga dapat membumi, menyemaikan gagasan-gagasannya bagi upaya pengembangan keilmuan dan masyarakat.
“Kebijakan Bapak Menteri Agama RI sangat jelas. Maka, tugas kami untuk sami’na wa ath’na, menjalankan kebijakan itu dalam peran kami sebagai individu, guru besar, dan pengelola perguruan tinggi,” kata Rektor, seraya menjelaskan bahwa gerakan antiradikaliame harus dilakukan secara kolektif, termasuk peran Perguruan Tinggi.
UIN Bandung, lanjut Rektor, berusaha membangun Islam moderat tidak hanya dalam kajian, riset namun juga dengan upaya membangun gerakan hingga alumni yang secara langsung berinteraksi dengan masyarakat. “Dari hulu hingga hilir kita bangun ini, dengan terencana, terprogram, dan sungguh-sungguh,” jelasnya.
Sebaran alumni dalam berbagai profesinya berperan sangat penting. Utamanya para alumni yang bertugas sebagai guru, da’i, penyuluh, dan berbagai profesi yang langsung berhubungan dengan masyarakat. Hal itu dikuatkan dengan bekerjasama dengan Ikatan Keluarga Alumni.
Fakta sosiologis dan antropologis, Indonesia merupakan negara majemuk, dengan keragaman etnis, budaya dan agama. Dengan demikian, Indonesia bukan milik sebuah etnis tertentu, bukan juga milik agama tertentu, melainkan milik semua warga Indonesia yang terikat dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berdaulat, mandiri, dan terhindar dari konflik horizontal. Karenanya, dibutuhkan pemahaman yang komprehensif dan mendalam tentang bagaimana membangun dan mewujudkan suasana dinamis dan harmonis dalam kehidupan masyarakat.
Keberadaan Islam Nusantara, lanjut Rektor, bercorak sangat spesifik dimana ekspresinya secara intelektual, kultural, sosial, dan politiknya berbeda dengan ekspresi Islam yang berada di belahan dunia yang lain. Islam Indonesia merupakan perumusan Islam dalam konteks sosio-budaya bangsa yang berbeda dengan pusat-pusat Islam di Timur Tengah. Jadi, Islam di Indonesia berkembang sesuai dengan budaya lokal yang menopangnya. Islam hadir dengan wajah yang penuh kedamaian, kesejukan dan inilah yang harus menjadi perhatian bersama umat Islam Indonesia.
“Karakteristik agama dan keberagamaan kita merujuk pada paham keagamaan Islam moderat, yakni sebuah paham keagamaan yang mendorong terhadap prilaku keagamaan yang toleran, prilaku saling menghormati di antara sesama umat beragama. Islam moderat nampaknya menjadi model pemahaman Islam yang cocok untuk dikembangkan di Indonesia,” pungkasnya.(Nanang Sungkawa)

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *