(UINSGD.AC.ID)-Visi UIN Bandung mengarah kepada rekognisi Asia Tenggara di tahun 2025 dan rekognisi internasional di tahun 2045. Ada beberapa tolok ukur yang bisa digunakan untuk menilai rekognisi suatu perguruan tinggi, di antaranya perengkingan yang dibuat oleh lembaga-lembaga otoritatif.
Kita bisa menyebut beberapa di antaranya,Quacquarelli Symonds (QS), SCImago Institutions Rankings. (SIR), webometrics, Uni Rank, dan Times Higher Education (THE) Ranking. Meskipun memiliki kriteria penilaian yang berbeda-beda, kesemuanya menilai kinerja sebuah universitas di bidang Tridarma Perguruan Tinggi.
Bagaimana UIN Bandung dalam perengkingan di atas? Di tahun 2021 UIN Bandung punya prestasi membanggakan versi SIR dan Webometrics.
Untuk versi SIR, UIN Bandung berada di posisi ke-1 di lingkungan PTKI, posisi ke-2 di lingkungan perguruan tinggi di Indonesia, ke-94 di Asia, dan ke 840 di dunia. Untuk versi Webometrics, UIN Bandung berada di posisi ke-1 di lingkungan PTKI, posisi ke-36 di lingkungan perguruan tinggi di Indonesia, dan ke 3.572 di dunia.
Menjadi 100 kampus terbaik di Asia versi SIR tentu merupakan sebuah prestasi yang membanggakan, dan ini adalah sebuah rokognisi bukan saja di Asia Tenggara, tetapi di Asia. Ini adalah sebuah kontribusi besar civitas akademika terhadap UIN Bandung. Untuk itu, tentu saja kampus memberikan apresiasi setinggi-tingginya.
Bagaimana SIR menentukan kriteria penilaian? Melansir laman SIR, The SCImago Institutions Rankings adalah lembaga pemeringkatan yang menggabungkan tiga indikator yang berbeda, yakni berdasarkan kinerja: penelitian (bobot 50 persen) hasil inovasi (bobot 30 persen) dampak sosial (bobot 20 persen) yang diukur dengan visibilitas web. Untuk kategori riset, beberapa penilaiannya mencakup jumlah jurnal, kolaborasi internasional, keterbukaan akses, dan jumlah publikasi berkualitas yang banyak mendapatkan sitasi publik. Sedangkan untuk kategori inovasi, penilaiannya antara lain meliputi dampak teknologi dan hak paten. (https://www.kompas.com/)
Melihat kriteria di atas, dan dengan melihat rangking UIN Bandung versi SIR, nampaknya kinerja civitas UIN Bandung dalam bidang penelitian sudah berada di jalur yang tepat. Tentu saja prestasi ini tidak menjadikan kita terlena. Ada perjuangan berat untuk mempertahankan prestasi ini. Ini artinya pula, semua civitas akademika punya beban yang sama untuk mempertahankannya.
Ada ikhtiar lain yang harus diperjuangkan untuk mengantarkan UIN Bandung pada rekognisi internasional, yaitu rekognisi internasional versi perengkingan selain kedua versi di atas, seperti UniRank dan QS. Butuh kerja sama dan sama-sama bekerja dari semua unsur dan semua level untuk mewujudkannya.
Berkontribusi untuk mengantarkan kampus kita ke rekognisi internasional adalah sebuah jariah akademik yang tak ternilai. Berapa banyak pihak yang diuntungkan dengan pencapai prestasi ini. Dan ini tidak lagi semata-mata terkait dengan seberapa materi yang didapatkan dari kontribusi ini, tetapi terkait dengan seberapa banyak pahala yang kita dapat dari jariyah akademik ini. Jika membangun mesjid saja dibalas dengan rumah di surga, lalu bagaimana dengan membangun prestasi akademik kampus?
Seperi halnya Sunan Gunung Djati yang kontribusinya melambungkan namanya ke tingkat internasional, maka marilah kita lambungkan nama UIN Sunan Gunung Djati ke rekognisi internasional dengan cara meningkatkan kinerja kontribusinya di level global. Yakin, dengan ikhtiar bersama, hal ini bisa kita wujudkan.
Prof. Dr. H. Rosihon Anwar, M.Ag., Wakil Rektor I UIN Sunan Gunung Djati Bandung.