Selain Univeritas Indonesia, UIN Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung juga mengembangkan ventilator untuk pasien Covid-19. UIN Bandung menamakan ventilatornya VeNu-1 atau atau Ventilator Nusantara 1.
Ventilator ini dikembangkan tim penelitian ini dipimpin Mada Sanjaya bersama alumni pegiat Komunitas Robotika Bolabot dari Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UIN Bandung. Saat ini, ventilator itu masih berbentuk prototype. “Tim peneliti berhasil membangun prototipe Low Cost Ventilator yang dapat digunakan dalam keadaan darurat,” terang Mada Sanjaya dalam keterangan yang diterima redaksi, Selasa (7/4).
Menurutnya, inovasi Ventilator Nusantara mulai dirancang pada akhir Maret 2020. Setelah melakukan penelitian rancang bangun selama beberapa hari, dihasilkan prototipe VeNu-1. “Prototipe Ventilator Digital ini dapat membantu pasien untuk menghirup oksigen, serta dapat mengeluarkan karbondioksida sebagaimana dalam pernapasan normal,” jelasnya.
Mada mengatakan, komponen utama VeNu-1 adalah tabung pompa mekanik, motor servo sebagai penggerak, board mikrokontroler arduino, modul bluetooth, selang, serta masker ventilator. Prototipe VeNu-1 dapat dikontrol penggunaannya melalui smartphone, sehingga bersifat Non-Contact. Prinsip kerja prototipe VeNu-1 ini adalah pengontrolan melalui smartphone, operator akan mengirimkan perintah digital berupa pengaturan kecepatan gerak motor servo yang dikontrol oleh chip mikrokontroler arduino.
Gerak motor servo, tambah Mada, menekan pompa mekanik sehingga oksigen mengalir melalui selang menuju pasien untuk setengah periode. Setengah periode berikutnya, motor servo akan melepas tekanan pada pompa mekanik sehingga pompa mekanik kembali pada kondisi semula serta menarik karbondioksida dari pasien.
“Karena prototipe ventilator ini bekerja secara periodik dan dapat dikontrol pengiriman oksigen dan penarikan karbondioksida, maka sistem ini dapat membantu pasien untuk dapat bernapas secara normal. Berbagai komponen dalam membangun VeNu-1 bersifat opensource serta tersedia banyak di pasaran sehingga akan mudah untuk dapat memproduksi dalam jumlah besar dalam kondisi darurat,” lanjutnya.
Untuk membangun sebuah prototipe VeNu-1, Tim UIN SGD Bandung memerlukan belanja komponen hanya sekitar 2 juta rupiah, di luar biaya teknis. Sehingga, VeNu-1 termasuk alat yang low cost, dibandingkan dengan ventilator standard.
Prototipe VeNu-1 saat ini masih berada dalam posisi pengujian kemampuan tekanan udara serta belum dapat langsung digunakan pasien medis. Prototipe VeNu-1 ini masih memerlukan penyempurnaan dan pengujian klinis lebih lanjut. Dalam pengujian klinis, peneliti UIN Bandung akan bekerja sama dengan salah satu RSUD di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
“Penelitian dan pengembangan prototipe VeNu-1 memberikan harapan bahwa ventilator dapat diproduksi, bahkan dapat digunakan meski hanya dalam kondisi darurat saat rumah sakit kekurangan ventilator standard,” harapnya.
Penelitian ini mendapat sambutan dan dukungan dari pimpinan kampus, khususnya Dekan Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Hasniah Aliah. “UIN SGD berkomitmen untuk terus mengembangkan dan menyempurnakan karya inovasi ini,” ucapnya. [USU]
Sumber, Rakyat Merdeka Selasa, 7 April 2020, 14:30 WIB