Testimoni KKN Nusantara 3T: Peserta dari UIN Bandung Belajar Toleransi di Nusa Indah

Tathwir/tamkin merupakan proses dakwah yang diaktualisasikan melalui pengabdian kepada masyarakat, jika dilihat dari perspektif akademik pengabdian kepada masyarakat termaktub dalam Tridharma Perguruan Tinggi yang ke tiga dan itu dilaksanakan dalam Program Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Hadirnya program KKN NUSANTARA 3T menjadi pengalaman yang sangat berarti bagi kami karena lokasi yang dijadikan pilihan ialah Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Kebetulan Yusril, utusan dari UIN Suan Gunung Djati Bandung menjadi anggota peserta kelompok 7 yang berlokasi di Desa Bipolo.

Pengabdian bukanlah kegiatan main-main, jika hanya berpindah tempat tidur berpindah tempat makan lebih indah di rumah. Namun dalam proses pengabdian, yakni proses menumbuhkan rasa kasih sayang dan memberikan yang terbaik pada kepada yang disayangi dan diperjuangkan dalam rangka mengabdi untuk kemajuan bangsa dan membela masyarakat, khususnya masyarakat lemah (mustadz’afin).

Di Desa Bipolo, Yusril ditunjuk sebagai Kordes. “Kami semua peserta KKN Nusantara menemukan ibrah luar biasa dengan moderasi beragama di Nusa Tenggara Timur. Pasalnya, NTT merupakan wilayah yang menjunjung tinggi nilai toleransi dan menempati peringkat kedua di Indonesia setelah Papua Barat dengan prosentase 81.1 skor indeks KUB (Kerukunan Umat Beragama) diatas rata-rata nasional versi Kemenag 2019,” papar Yusril.

Di desa ini Yusril dkk memahami dan menjunjung tinggi nilai toleransi. “Meskipun kami, semua peserta KKN Nusantara berasal dari berbagai Perguruan Tinggi Islam Negeri, pada faktanya selama kami KKN tinggal satu atap bersama keluarga Umat Kristiani/Protestan, namun kami diperlakukan layaknya anak kandung sendiri oleh oppa kami di Desa Bipolo, Marthen L. Abani, Kepala Dusun II Desa Bipolo,” ungkapnya.

Peserta mahasiswa KKN Nusantara hadir untuk mengajak masyarakat membangun bersama-sama demi kesejahteraan masyarakat bersama dan kemajuan bangsa. Dengan metode Pengabdian Asset Based Community Development (ABCD), mahasiswa mencoba memberdayakan potensi budaya dan ekonomi masyarakat Bipolo.

Di samping, bertani dan beternak, masyarakat juga memilki potensi ekonomi home industri Tenun yang diwarisi dari generasi pendahulunya. Pola pengelolaan sederhana, motif monoton dan keterbatasan pengetahuan distribusi, mahasiwa dampingi untuk mengeksplorasi dan mengembangkan asset produksi tenun.

Upaya menghubungkan dengan pihak sponsorship juga dilakukan. Mahasiswa KKN bekerjasama dengan JNE untuk membantu aspek distribusi dan pemasaran. Di samping juga menyelenggarakan festival Tenun dan perayaan seni budaya dalam rangka mempromosikan tenun seiring dengan pengembangan budaya.

“Sayangnya waktu berbatas, dalam pengembangan motif, masyarakat Bipolo belum sepenuhnya bisa  menenun untuk membuat tulisan dalam karya tenunnya. Kami pun, harus berpisah,” kata Yusril.

Secara umum, di Kecamatan Sulamu, Sumber Daya Alamnya melimpah ruah, potensi ekonomi tradisi juga melimpah, namun masyarakat terkendala pada aspek pengelolaan, manajerial dan wawasan ekonomi. Karena terbatasnya pendidikan yang mengakibatkan sumber daya ekonomi tidak terkelola secara optimal.

“Beberapa strategi dan upaya pemberdayaan yang telah dilakukan selama 1 bulan dapat dilihat di Youtube “kkn3tdesabipolo” sebagai media populer kegiatan pengabdian kami selama 1 bulan lebih terenyuh hati mendengar aspirasi dan harapan masyarakat Desa Bipolo di saat kami harus berpisah. Tatapan mata iba, pelukan erat dan linangan air mata saat berpisah, seolah menggambarkan antara kepasrahan dan penuh harapan agar KKN Nusantara akan hadir kembali,” paparnya lagi.

Sebuah harapan besar untuk adik-adik mahasiswa KKN Nusantara bisa kembali hadir mendampingi setiap langkah kegiatan masyarakat mencapai kesejahteraannya.

“Saya pribadi berharap dengan program KKN Nusantara 3T ini menjadi acuan program kelanjutan pengabdian kepada masyarakat untuk menjadi fasilitator kemajuan karena hakikatnya untuk mencapai Indonesia Maju, pembangunan bukan dimulai dari kota namun pembangunan dimulai dari desa dan itu sebagian dari tugas hidup Mahasiswa. Mengabdi dan mendampingi masyarakat menggapai cita-citanya untuk menjadi masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur yang di Ridhoi Allah SWT,” pungkasnya.[rls/IS]

Sumber, Intro News 16 Februari 2020

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *