Yang Maha Kuasa menggerakkan, memperlihatkan takdirnya. Manusia kadang jumawa, merasa akan sanggup melewati segalanya. Hanya dengan hujan sejak semalam saja misalnya, banjir menggenangi di banyak titik, melumpuhkan berbagai aktivitas, bahkan dapat menyirnakan impian sebagian manusia. Wabah Covid-19 yang tengah melanda, seketika merubah semua rencana. Kekhawatiran terjangkit virus tersebut, membuat manusia memilih membatasi aktivitasnya.
Ujian berupa musibah datang untuk mengingatkan bahwa, limpahan nikmat-Nya seolah tak terasa dan menyadarkan kita tentang dunia yang sementara. Membangunkan dari keterlenaan dan keterpurukan, mengikis kesombongan yang mungkin telah lama melekat pada diri. Sehingga kita pun bergegas kembali pada jalan yang diridhai-Nya. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya amal seorang hambalah yang mengantarkannya ke tempat terhormat di sisi Allah. Oleh karena itulah, Allah masih akan menimpakan kepadanya ujian berupa perkara yang tidak disukainya, hingga ia bisa menempati kedudukan terhormat di sisi-Nya,” (HR. Bukhari)
Ketika Allah Swt mendatangkan musibah, itu karena Allah begitu mencintai hamba-Nya. Dia sungguh ingin mengangkat derajat dan memantaskan seseorang untuk abadi di surga-Nya. Rasulullah SAW bersabda, “Jika Allah menimpakan musibah berupa penyakit pada tubuh seorang hamba-Nya, Allah akan memerintahkan kepada malaikat-Nya, catatlah itu sebagai amal salehnya. Jika ia sembuh dari penyakitnya, Allah telah membasuh dan membersihkan tubuhnya. Sedangkan jika dengan sakitnya itu kemudian Allah mencabut nyawanya, berarti Allah telah mengampuni dosa-dosanya dan merahmatinya,” (HR. Bukhari)
Meski kebanyakan manusia tengah resah, jadikanlah doa sebagai senjata, kekuatan terbaik manusia. Sabar dan ikhlas menjalani, memberikan jalan keluar terbaik, melahirkan pengalaman hidup yang membekas. Seorang mukmin sadar bahwa kehidupan dunia ini penuh dengan ujian. Suka dan duka, nikmat dan musibah dipergilirkan. Dengan ujian-Nya, Allah Yang Maha Rahman dan Rahim ingin menunjukkan kasih sayang-Nya. Rasulullah SAW bersabda, “Jika Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, Allah mengujinya dengan musibah,” (HR. Bukhari).
Ingatlah, tak ada kejadian apapun tanpa seizin Allah dan sudah menjadi ketetapan-Nya yang wajib diimani. Mukmin sejati akan memandang setiap keadaan yang menimpanya sebagai kebaikan. Ia senantiasa berusaha mengambil hikmah dari setiap kejadian. Bila mau belajar dari setiap peristiwa, hikmah menjadi ilmu kehidupan terbaik. Jangan jumawa, mintalah selalu kebaikan kepada-Nya, karena Dia Sang Maha Kuasa, sementara manusia hanyalah debu tak bermakna, tertiup angin pun hilang tak membekas. Rasa syukur dan keimanan pada takdir-Nya memberikan kekuatan, maka teruslah berikhtiar, lalu berpasrahlah untuk hasilnya.
Sabar dan tawakal menghindarkan dari rasa takut dan khawatir yang berlebihan. Ketika berada pada posisi atau kondisi yang sama sekali di luar kekuasaan, sedangkan segenap upaya telah kita lakukan, maka tak ada jalan lain kecuali menerima kenyataan tersebut dan tetap berpegang teguh, yakin, dan berprasangka baik terhadap kehendak Allah SWT.
Allah Swt sangat mencintai hamba-Nya yang bertawakal kepada-Nya. Belum disebut beriman orang yang tidak bertawakal kepada Allah. Allah SWT berfirman, “Bertawakallah kepada Allah yang Maha Hidup dan tidak akan mati,” (QS. Al-Furqan:58).
Manusia yang selalu menyertakan Allah dalam hidupnya, akan diliputi rasa aman dan Allah menjaganya sepanjang waktu. Sebaliknya, manusia yang berlepas diri dari Allah, ia tak memiliki kekuatan sedikit pun, walau seisi dunia bersatu bersamanya. Sesungguhnya, tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah SWT. Wallaahua’lam
Iu Rusliana, dosen Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Sumber, Republika 24 Maret 2020