Taqwa dalam Haji

“Sebaik-baiknya bekal adalah taqwa”. Bekal taqwa dalam menjalankan ibadah haji/umrah dapat dikongkritkan ke dalam 5 S,  antara lain : Syukur, Sabar, Sholat, Silaturahmi, dan Sodaqoh.

Salah salah seorang Manajemen travel Haji dan Umrah menambahkan lagi dengan Ikhlash dan Tawakkal. Pertama, Syukur, merupakan modal utama, karena tidak semua orang mampu dan sehat serta sempat melaksanakan ibadah haji/umrah. Bayangkan ibuan bahkan jutaan orang ingin ke tanah suci, tapi belum mendapat kesempatan. Ada yang sempat, tapi tidak sehat. Ada yang sehat, tapi tidak sempat, dan berbagai macam alasan, rintangan dan hambatan sehingga ia belum bisa ke tanah suci. Belum lagi pengurangan quota 20% (tahun 2013). Tidak ada alasan bagi calon tamu Allah untuk tidak bersyukur kepada-Nya. Apapun yang terjadi, harus disyukuri.

Kedua, sabar. Kenapa harus sabar? Perjalanan haji/umrah merupakan perjalanan fisik, bahkan ‘pskikis’ yang amat melelahkan. Ia bisa ‘dinikmati’ jika dibekali dengan sabar. Sebagai contoh, antri di bandara baik di Indonesia, terlebih lagi di Saudai Arabia (Imigrasi dan bagasi), antri di bis, antri di toilet, belum lagi fasilitas hotel di Mekah dan Madinah. Belum lagi menghadapi ibadah yang berdesak-desakan (Raudhah, towaf, hijir ismail, multazam, hajar aswad, sa’i), ditambah lagi dengan ‘ujian teman sekamar’ yang tentunya berbeda kebiasaan hidupnya. Semuanya, membutuhkan kesabaran yang luar biasa.

Ketigat, solat. Maksudnya apa? Yang pasti tentunya solat wajib dan solat-solat sunnah. Selain itu, solat juga memiliki makna do’a. Bagi calon jamaah, tidak ada waktu yang sia-sia kecuali diguakan untuk berdo’a. Do’a merupakan ruhnya ibadah. Do’a senjata utama seorang mu’min, dan do’a yang dapat merubah taqdir seseorang. Semkin banyak berdo’a, maka semakin bagus ibadahnya.

Do’a dilakukan di tempat-tempat (raudah, multazam, hijir ismail, maqom Ibrahim, rukun yamani, bukit sofa dan marwa) dan saat yang mustajab (misalnya ketika berihram)… ..ada satu do’a yang relatif singkat dan padat serta sangat berkesan dikalangan jamaah yakni do’a Allahumma yassir walaa tu’assir (Ya Allah mudahkan segala urusan, dan janganlah diprsulit segala uruasan)

Keempat, silaturahmi. Haji dan umrah merupakan salah satu ajang silaturahmi yang sangat efektif. Seorang ustadz dari Timur Tengah menyebutnya dengan istilah “Konferensi Umat Islam Dunia”. Bahkan, tidak sedikit melalui haji dan umrah terjalin silaturahmi dan hubungan kekerabatan yang ‘lebih erat’ dari sebelumnya. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya bermunculan forum silaturahmi alumni jamaah haji/ umrah yang diisi dengan pengajian, arisan, dsbya. Dalam konteks pelaksanaan ibadah haji dan umrah, silaturahmi yang dimaksud adalah kerjasama dan sama-sama bekerja, saling toleransi, saling mengingatkan, saling bantu, dsbya….bahkan tidak sedikit yang saling member. Hal tersebut dilakukan dengan satu semangat yakni semangat silaturahmi. Mereka membaur dalam satu tujuan, satu tempat, satu keyakianan, satu perjuangan, bahkan perjuangan antara hidup dan mati. Silaturahmi merupakan salah satu bekal yang utama dalam haji dan umrah.

Dan Kelima, Sodaqoh. Kenapa sodaqoh? Karena ‘dahsyatnya sodaqoh’ dapat mengantisipasi berbagai macam bahaya dan malapetaka. Sodaqoh juga dapat menambah ‘sugesti positif’ untuk memiliki jiwa saling memberi. Ia menjadi ‘jembatan emas’ dalam meraih rizki yang halal, baik, dan luas. Sayyida Ai ra, dalam tausiyah mengingatkan : “mintalah keluasan rizqi dengan banyak sodaqoh”…..Perjalanan ibadah haji/umrah akan terasa lebih nikmat, tenang, sehat, dan selamat jika diiringi dengan tradisi sodaqoh. Semoga ada manfaatnya. Amin.  Waallahu a’lam bi al-shawab. []  
 
Dr. H. Aden Rosadi, M.Ag, Dosen UIN SGD Bandung, Pembimbing Haji dan Umrah Qiblat Tour

Sumber, Pikiran Rakyat 24 Desember 2013.

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter