PENGUATAN EKOSISTEM EKONOMI SYARIAH SEBAGAI UPAYA STRATEGIS PENGEMBANGAN INDUSTRI HALAL
(UINSGD.AC.ID)-Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Sunan Gunung Djati Bandung menyelenggarakan Studium Generale yang mengundang Erwin Gunawan Hutapea selaku Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat sebagai pembicara.
Acara bertajuk “Peran dan Kebijakan Bank Indonesia dalam Mengembangkan Ekonomi Syariah dan Industri Halal di Indonesia” ini dilaksanakan di Aula Lantai 4 Gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jumat, (24/3/2023).
Ketua Jurusan Ekonomi Syariah, Dr. Muhammad Hasanuddin, M.Ag menyampaikan urgensi tema studium generale kali ini. “Ekonomi syariah dan industri halal menjadi topik yang sedang banyak dikaji, hal ini karena sektor tersebut bersentuhan langsung dengan sektor riil. Kampus sebagai pengelola pendidikan utamanya prodi Ekonomi Syariah memiliki peran penting dalam mengkajinya. Pak Erwin yang hari ini akan memberikan insight mengenai peran dan kebijakan terkait hal tersebut tentu akan sangat membantu para akademisi yakni dosen dan mahasiswa agar bisa mengoptimalkan peran yang dimiliki,” jelas Hasan.
Wakil Dekan III Fakultas Ekononomi dan Bisnis Islam, Dr. Muhammad Zaky, M.Si juga menyampaikan pentingnya peran Bank Indonesia dalam memberikan pemahaman terkait topik ini.
“Bicara mengenai ekonomi ada dua perspektif yakni positive economics dan normative economics. Ranah akademisi ialah mendalami ekonomi dari segi teori, positive economics. Sementara bagaimana seharusnya perekonomian itu, khazanah pengetahuan kita terkait normative economics hari ini akan dilengkapi dengan penjelasan dari stakeholder terkait yakni Bank Indonesia. Karena nya kami memberikan uacapan terima kasih atas kesediannya memberikan materi agar perspektif kami mengenai isu ini lebih komprehensif,” ujar Zaky yang sekaligus membuka acara.
Dalam materi yang disampaikan, Erwin menekankan bahwa hal pertama yang penting diketahui ialah bagaimana potensi ekonomi syariah dan industri halal itu sendiri di Indonesia. “Pertanyaannya, bagaimana mengoptimalkan kemampuan untuk mengekspor produk halal utamanya makanan halal dan modest fashion ke negara yang menginginkannya atau bagaimana cara kita mengundang wisatawan yang concern dengan produk halal dan bisa memenuhi kebutuhan mereka.” tegas Erwin.
Erwin menyampaikan bahwa industri halal di Indonesia mengalami kenaikan yakni dari perikat 11 ke peringkat 4, namun Erwin juga menekankan bahwa tantangannya adalah bagaimana agar bisa menjadi nomor 1 di pasar global. “Kita harus berpikir secara strategis agar investasi yang terjadi dapat mengarah ke sektor perekonomian syariah. Karena bagaimanapun, saat kita bicara industri ini kita harus bicara soal ekosistem. Artinya harus menyeluruh, mulai dari sosialisasi dan edukasi, kemudahan akses untuk mendapatkan fasilitasi pembiayaandan pemasaran, hingga peningkatan eskpor. Proses ini disebut dengan halal value chain,” tambah Erwin.
Kemajuan industri halal dan ekonomi syariah didorong melalui berbagai strategi pengembangan ekonomi dan keuangan syariah utamanya di lini fashion, halal food dan muslim friendly tourism. Bank Indonesia juga membuka peluang bagi pelaku yang siap didorong ke level yang lebih tinggi agar bisa mengekspansi pasar domestik dan global. Pada akhirnya, acara ini menghasilkan kesimpulan yang mengacu tiga poin penting yakni peran penguatan ekosistem, penguatan stakeholder terkait pembiayaan untuk pertumbuhan sektor juga menggarap penerapan halal life style sebagai pembentukan targeted market. (NRA)