Studi Agama Agama Gelar Bedah Buku Islam dan Budaya Sunda

Jurusan Studi Agama Agama (SAA) Fakultas Ushuluddin (FU) UIN Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung menggelar Bedah Buku berjudul “Islam dan Budaya Sunda” karya Dr. Deni Mihardja, M.Ag., Kepala Pusat Penelitian dan Penerbitan yang berlangsung di Aula Utama FU, Lantai IV, Kampus I, Jl. A. H. Nasution No 105 Cipadung Cibiru Kota Bandung, Rabu (13/11/2019)

Acara bedah buku yang dibuka oleh Wakil Dekan I FU, Dr. Radea Yuli Hambali, M.Hum, ini dihadiri Ketua Jurusan SAA, Dr. Dadang Darmawan, Sekretaris Jurusan SAA,Dr. Ilim Abdul Halim, S.Ag., MA., seluruh dosen, dan mahasiswa SAA.

Dalam sambutnnya Wakil Dekan I FU, mengapresiasi ikhtiar untuk mebangun budaya akademik di lingkungan Fakultas Ushuluddin (FU), “Bedah buku merupakan tradisi ilmiah yang perlu dilanjutkan oleh dosen dan mahasiswa, karena kegiatan ini mencakup pengajaran dan penelitian yang dipublikasikan,” ungkapnya.

Ketua Jurusan SAA menegaskan bahwa tradisi ilmiah di jurusan SAA akan terus dirawat melalui apresiasi terhadap karya tulis dosen maupun mahasiswa.

Buku Islam dan Budaya Sunda, merupakan revisi dari disertasinya ketika menyelesaikan Studi S3 di Pasca Sarjana UIN Sunan Gunung Djati Prodi Perbandingan Agama.

Dalam paparannya, Dr. Deni Mihardja menjelaskan berbicara Islam dengan kebudayaan merupakan pembahasan yang menarik, dimana Islam sebagai agama universal merupakan Rahmat bagi semesta alam dan dalam kehadirannya di muka bumi,

“Islam berbaur dengan budaya lokal suatu masyarakat (local culture), sehingga antara Islam dengan budaya lokal pada masyarakat tidak bisa dipisahkan, melainkan keduanya merupakan bagian yang saling mendukung dan melengkapi,” tegasnya.

Islam sebagai agama yang diturunkan oleh Allah SWT untuk semua umat manusia telah memainkan peranannya di dalam mengisi kehidupan umat manusia di muka bumi ini.

Kehadiran Islam di tengah-tengah masyarakat yang sudah memiliki kebudayaan tersendiri, ternyata membuat Islam mengalami proses dialektik yang dapat membentuk pola interelasi yang beragam dan terwujud kedalam tradisi ritual atau upacara keagamaan yang beragam pula.

Namun demikian Alquran dan as-sunah sebagai sumber ajaran Islam tetap menjadi ujung tombak di dalam suatu masyarakat Muslim, sehingga Islam begitu identik dengan keberagaman.

Menurutnya, hubungan Islam dengan budaya Sunda banyak terjadi dalam bentuk integrasi dengan beragama pola. Pola asimilasi dan akulturasi antara Islam dan Budaya Sunda melahirkan bentuk kebudayaan baru yang merupakan hasil titik temu dari proses pembauran yang dilakukan secara terus menerus. “Titik temu nilai-nilai Islam cenderung lebih dominan pada etika atau tatakrama,” paparnya.

Kebudayaan Sunda sekarang sulit dipisahkan dengan ajaran agama Islam, sehingga ada ungkapan bahwa Sunda adalah Islam, “Islam dan Budaya Sunda seperti gula dan manisnya atau orang Sunda sudah Islam sebelum Islam masuk ke Tatar Sunda, ungkapan tersebut menunjukan betapa dekatnya Islam dengan budaya Sunda, dan jika diperhatikan dalam pandangan hidup Sunda ternyata banyak sejalan dengan nilai-nilai ajaran Islam,” ujarnya.

Masuknya Islam di Tatar Sunda telah menciptakan perubahan sosial dan tradisi yang telah lama dikembangkan orang Sunda. “Nilai-nilai ajaran Islam telah masuk dalam budaya masyarakat.Salah satunya dalam perayaan upacara adat wuku taun di masyarakat adat Kampung Adat Cikondang,” pungkasnya.

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *