(UINSGD.AC.ID)-Tanggal 20 Mei diperingati bangsa Indonesia sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, dengan jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 250 juta dengan mayoritas penduduknya muslim.Dalam sejarahnya, bangsa Indonesia telah mengalami banyak perubahan. 3,5 abad bangsa kita dijajah oleh Belanda, Inggris, Jepang.
Dalam sejarah muncul pahlawan pahlawan, tokoh-tokoh pergerakan, yang berusaha membebaskan bangsa ini agar menjadi bangsa yang merdeka, berdaulat dan bermartabat.Maka,munculah putra-putra bangsa, mulai awal tahun kemerdekaan sampai era sekarang yang telah mencurahkan segala kemampuan untuk menjunjung tinggi martabat bangsa.
Namun, ujian-demi ujian. Allah telah menguji generasi bangsa kita saat ini dengan masalah besar yaitu krisis moral, krisis akhlaq yang berimplikasi kepada berbagai lini dalam kehidupan bernegara. Kita dan anak-anak bangsa banyak yang merasa terjebak/berada dalam sistem yang korup, tidak bermoral.
Pertanyaan yang patut kita renungkan adalah “sebenarnya apa yang dibutuhkan oleh negara ini dan apa yang bisa kita berikan untuk negara ini”. Marilah kita introspeksi pada diri kita masing-masing. (1) Sebagian pakar hukum mungkin telah berupaya memberikan banyak gagasan untuk negeri ini, tetapi sebenarnya yang dibutuhkan negeri ini sesuatu yang sederhana yaitu orang orang yang taat terhadap hukum yang telah disepakati. (2) Mungkin saja telah banyak pakar pendidikan yang juga memberikan gagasan untuk negeri ini, tetapi sebenarnya yang dibutuhkan negeri ini sesuatu yang sederhana yaitu orang-orang yang berakhlaq mulia yang menjadi suri tauladan dan bermanfaat bagi sesama. (3) Mungkin juga telah banyak pakar tata negara yang berupaya menggagas negeri ini agar mempunyai struktur pemerintahan yang ideal, tetapi sebenarnya yang dibutuhkan negeri ini sesuatu yang sederhana yaitu orang-orang yang disiplin dalam bekerja.
Namun, yang terpenting “tidak hanya mampu memberikan konsep dan gagasan, menuntut hak, menyalahkan pemimpin, menyalahkan sistem, atau sejenisnya, tetapi mari kita sebagai bangsa dapat memiliki sikap adil atau kalau bisa “bersikap ihsan dalam setiap lini kerja yang menjadi tanggung jawab kita”. Kenneth (2011:129) menjelaskan bahwa sikap kerja merupakan sikap seseorang terhadap pekerjaannya yang mencerminkan pengalaman yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam pekerjaannya serta harapan-harapannya terhadap pengalaman masa depan. Tentang kriteria sikap kerja ini, Ali Marpuji, dkk, (1990), membagi 3 kriteria orang yang bekerja:
Pertama: Bekerja dengan kriteria Adil; Apabila pekerjaan yang dibebankan kepada kita telah dilakukan dengan baik dan kita mendapat imbalan sesuai dengan apa yang telah disepakati, maka kita telah bersikap adil. Firman Allah SWT’, dalam Al-Qur’an An-Nahl: 97; Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl: 97).
Ayat tersebut menjelaskan balasan atau imbalan bagi mereka yang beramal saleh adalah imbalan dunia dan imbalan akhirat. Maka seseorang yang bekerja disuatu badan usaha (perusahaan) atau instansi dapat dikategorikan sebagai amal saleh, dengan syarat perusahaan-nya tidak memproduksi, menjual atau mengusahakan barang-barang yang haram.
Kedua; Bekerja dengan kriteria Ihsan; Apabila tanggung jawab pekerjaan yang dibebankan kepada kita telah dilakukan dengan baik dan kita mendapat imbalan sesuai dengan apa yang telah disepakati, kemudian dengan suka rela kita melakukan pekerjaan tambahan tanpa mengharap tambahan imbalan, maka kita telah bersikap ihsan.
Ketiga: Bekerja dengan kriteria Dzolim; Apabila tanggung jawab pekerjaan yang dibebankan kepada kita tidak dilakukan dengan semestinya dan kita mendapat imbalan sesuai dengan apa yang telah disepakati atau meminta tambahan imbalan terhadap apa yang tidak kita lakukan, maka kita telah bersikap dzolim. Di mana pun kita bekerja, apabila tanggung jawab tidak kita lakukan dengan semestinya pasti akan ada yang terdzolimi dengan sikap kita, baik secara langsung maupun tidak.
Apapun jenis pekerjaan yang kita lakukan, bangsa ini rindu hadirnya orang-orang yang bersikap adil dan ihsan dalam bekerja. In ahsantaum ahsantum li anfusikum, in asaktum falahaa. Sesungguhnya jika kamu berbuat baik, perbuatan baikmu itu untuk dirimu sendiri. Demikian pula jika kamu berbuat jelek, sesungguhnya akan menimpa dirimu sendiri. Bukankah Allah SWT telah berfirman dalam surat Al Maidah ayat 5-6: “Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum [golongan], mendorongmu untuk berbuat tidak adil”. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. …Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. “Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula)” Wallahu A’lam Bishowab.
Prof. Ahmad Rusdiana, Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Sumber, Ekpos 20 Mei 2022