[www.uinsgd.ac.id] Kelurga Mahasiswa Himpunan Biologi (KM-HB) Fakultas Sains dan Teknologi menggelar Seminar Nasional Biologi (Semabio) 2018 yang diselenggarakan di Aula Anwar Musaddad, Kamis (12/4/2018). Seminar ini menghadirkan ahli etnobiologi Universitas Padjajaran, Johan Iskandar, ahli herpetologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amir Hamady dan ahli mikrobiologi UIN SGD Bandung. Yani Suryani.
Ahli Etnobiologi, Johan Iskandar yang menyampaikan keanekaragaman varietas padi yang terjadi di Jawa Barat. Menurtutnya padi yang akan memberi keanekaragaman dengan kualitas yang banyak kini mengalami erosi yang mengarah pada kepunahan besar-besaran terhadap padi lokal.
“Berdasarkan data terdahulu bahwa negara kita awalnya memiliki keaneka ragaman padi tidak kurang dari 8000 varientas padi lokal diseluruh tanah air. Kepemilikan tersebut karena dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan lokal serta mempunyai kebiasaan membudidayakan tumbuhan dan kualitas padi lokal di budaya kita,” jelas dosen Universitas Padjajaran, Kamis (12/4/2018).
Ia menambahkan, pemerintah mempunyai program ingin meningkatkan produksi padi setinggi-tingginya dengan cara memperkenalkan varietas padi unggul yang di impor dari Fhilipina berdasarkan hasil genetik di labolatorium. Kemudian dengan lebih mengutamakan menggunakan pupuk anorganik dan memperkenalkan pestisida sintesis serta pengolahan tanah yang baik atau dengan sebutan panca usaha tani.
Selanjutnya, Ahli hipertologi, Amir Hamzah memaparkan bahwa ilmu hipertologi berdasarkan jenisnya terbagi menjadi kelas reptil dan ampibi. “ Jenis reptil di Indonesia memiliki 746 jenis. Seperti yang sering kita katakan bahwa jenis reptil ini meliputi crocodilia, testudinata, dan squamata. Dan jenis ampibi memiliki 396 jenis, “ paparnya.
Semabio 2018 ini mengusung tema “Biodiversitas: Pembelajaran, Penelitian, dan Penerapannya dalam Pengelolaan Lingkungan”. Ketua Pelaksana Semabio, Ateng Supriyatna mengungkapkan latar belakang pemilihan tema tersebut karena salah satu dari visi jurusan biologi ialah megembangkan biodiversitas, yang mana perguruan tinggi dan intansi pemerintah dituntut untuk menghasilkan karya dan mempublikasikannya.
“Melalui karya tersebut peneliti bisa meningkatkan prioritas sehingga perguruan tinggi maupun intansi pemerintah lebih mudah mengidentifikasi pegawai atau mahasiswanya yang lebih baik berdasarkan hasil karya dan publikasinya. Maka Jurusan Biologi menginisiasi untuk mengadakan seminar nasionar biologi yang didalamnya banyak mempublikasi karya dari para dosen dan mahasiswa,” ujarnya.
Ateng menambahkan agenda Semabio ini juga menjadi salah satu syarat kelulusan bagi mahasiswa Jurusan Biologi UIN SGD Bandung. “Mahasiswa Jurusan Biologi diwajibkan untuk mengikuti seminar ini, jadi mahasiswa yang telah selesai penelitian dan belum sidang mereka diwajibkan untuk mengikuti seminar nasional sebagai syarat mengikuti sidang munaqosah, dengan menunjukan sertifikat,” tambah Ateng.
Semabio merupakan agenda tahunan yang telah digelar sejak 2016 lalu. Ada beberapa rangkaian kegiatan, diantaranya Seminar Nasional Biologi, presentasi poster dan walpaper, kelas paralel meliputi mikrologi, genetik dan bioselmol, pendidikan biologi dan biologi aplikasi, ekologi dan fisiologi.
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, Opik Taupik Kurahman dalam sambutannya, mengungkapkan, seminar ini merupakan dies natalis Jurusab Biologi yang ke-12, ini bisa menjadi jalan disiplin ilmu dan membentuk akhlakul karimah. Menurutnya dengan mempelajari biologi sampai keahlian peneliti bisa menjadi jalan masuk surga.
“Ketika mengolah sampah menjadi bermanfaat sampai meningkatkan kesehatan manusia itu sudah termasuk kepada maqosidus syariah dan salah satu tujuan syariah itu adalah memelihara kehidupan manusia. Jadi jangan anggap seminar ini bukan kewajiban agama,” pungkasnya. (Lu’lu Uswatun Hasanah, Elsa Yulandri/Suaka)