UINSGD.AC.ID (Humas) — Prof. Nanat, begitu kami menyapanya, adalah rektor ke-7 UIN Bandung. Beliau tokoh nasional dan banyak berkiprah di kancah nasional. Bagi saya, beliau bukan saja pendahulu, tetapi juga guru dan motivator.
Hampir setiap bertemu, beliau selalu memberikan masukan untuk kemajuan UIN. UIN…..UIN….dan UIN. Bukan hanya satu jasa, tapi banyak yang telah beliau berikan untuk UIN Bandung. Tak cukup laman ini untuk menyebutkan satu persatu. Kemajuan kampus ini tidak bisa dipisahkan dari kontribusi beliau.
Kontribusi
Di balik usia UIN Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung yang ke-56 dan seabreg prestasinya, ada sosok yang cukup memberikan kontribusi. Sosok tersebut adalah Prof. Dr. H. Nanat Fatah Natsir, MS. Beliau adalah Rektor UIN Bandung periode 2003-2007 dan 2007-20011. Sosok yang cukup enerjik ini telah berjasa dalam meletakkan tahapan-tahapan kemajuan kampus ini. Dapat dikatakan bahwa beliau punya kontribusi yang besar kampus ini.
Saya ingin mencoba menyebutkan sebagian kontribusi beliau. Sebagai rektor dua periode (delapan tahun), tentu saja banyak yang telah dilakukan oleh Prof. Nanat. Saya hanya menyebut beberapa saja. Di antaranya adalah transformasi kelembagaan dari IAIN menjadi UIN (tahun 2005). Ini berarti dua tahun setelah beliau menjadi rektor. Transformasi saat itu tentu saja merupakan sebuah prestasi yang luar biasa, karena kampus ini dapat dibilang sebagai pelopor selain IAIN Jakarta dan IAIN Yogyakarta.
Untuk sampai kepada transformasi ini, tentu saja banyak yang harus dilakukan, termasuk komunikasi intens dengan pemegang kebijakan. Prof. Nanat berhasil mengawalnya dengan baik. Penandatangan SK transformasi tersebut oleh Presiden RI, saat itu Bapak Susilo Bambang Yudoyono, adalah momentum yang sangat dinanti-nantikan oleh seluruh civitas akademika.
Transformasi
Perubahan IAIN menjadi UIN merupakan pintu gerbang bagi kampus ini untuk membuka perluasan mandat (wider mandate) fokus kajian yang lebih banyak. Semenjak itu, UIN Bandung membuka beberapa fakultas dan prodi umum di samping fakultas dan prodi agama. Sampai saat ini ada sembilan fakultas dan satu program Pascasarjana serta 64 prodi/jurusan, termasuk di dalamnya prodi-prodi umum.
Kontribusi lainnya adalah penyediaan lahan kampus 2 dan kampus 3. Pada masa kepemimpinan Prof. Nanat, UIN Bandung memiliki lahan pengembangan di dua kampus tersebut. Pengadaan lahan ini tentu saja sangat penting untuk pengembangan kampus ini lebih lanjut, termasuk di dalamnya pengembangan sarana dan prasarana. Jika kita berkunjung ke kampus 2 dan menyaksikan beberapa gedung dan sarana telah dibangun di sana, maka di sana ada peran Prof. Nanat yang tidak sedikit.
Sebagai konsekuensi keberadaan prodi agama dan prodi umum, maka ada tuntutan untuk mengintegrasikan keduanya. Ada kebutuhan merumuskan paradigma keilmuan yang meng-integrasikan keduanya. Hal itu disadari oleh semua rektor UIN saat itu, termasuk di UIN Bandung. Prof. Nanat berhasil menghasilkan formula Paradigma Wahyu Memandu Ilmu.
Filosofi
Pada paradigma tersebut terdapat filosofi atau metafora RODA. Filosofi RODA ini menandakan adanya titik-titik persentuhan, antara ilmu dan agama. Artinya, pada titik-titik persentuhan itu, kita dapat membangun juga kemungkinan melakukan integrasi keduanya. Bagaimana pula dengan pandangan mengenai ilmu. Sampai saat ini, paradigma tersebut tetap menjadi acuan dalam pengembangan keilmuan di UIN Bandung.
Tentu saja diperlukan uraian yang panjang untuk mengungkap apa yang telah dilakukan selama sepuluh tahun oleh Prof. Nanat untuk UIN Bandung. Namun, saya yakin kontribusi lainnya akan ditemukan pada isi buku biografi ini.
Bagi saya, Prof. Nanat bukan saja sebagai guru, tetapi juga dapat dikatakan sebagai mentor. Saya banyak mendapatkan nasehat-nasehat kepemimpinan dari beliau, baik sewaktu saya sebagai Dekan, Wakil Rektor, maupun Rektor saat ini. Nasehat-nasehatnya sangat futuristik, termasuk dorongan agar kampus ini go international. Terima kasih Prof. Nanat atas semua saran dan masukannya.
Mulai hari ini (2 Januari 2025), saya tidak akan mendengar lagi nasehat-nasehatnya karena Allah sudah memanggilnya. Selamat jalan Prof. Doa terbaik kami ikut menyertai perjalanan suci Prof. menuju Dzat Yang Mahasuci. Aamiiiiin.
Rosihon Anwar, Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung.