UINSGD.AC.ID (Humas) — Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Republik Indonesia, Prof Muhammad Ali Ramdhani mengajak 7.066 mahasiswa baru UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang mengikuti Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) 2024 untuk mencintai ilmu, terus berpikir, belajar demi menciptakan kampus unggul, peradaban Islam yang menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan.
PBAK 2024 bertajuk “Gunung Djati Muda yang Unggul, Kompetitif, dan Inovatif Berbasis Rahmatan Lil Alamin Menuju Indonesia Emas 2045” di Gedung Anwar Musaddad, Tugu Kujang, Halaman Fakultas Ushuluddin, dan Aula Abjan Soelaiman, Kampus I, selama tiga hari sejak Selasa-Kamis (27-29/8/2024).
Dalam orasinya, Kang Dhani sapaan akrab Sekjen Kemenag menegaskan untuk membangun peradaban Islam perlunya di topang oleh pondasi agama yang kuat, dengan pendekatan menanam orang.
“Untuk membangun sebuah peradaban tentunya penting sekali memiliki pondasi keagamaan yang teramat sangat kuat, maka pendekatannya adalah tanamlah orang yaitu dengan cara pengokohan pada aspek pengetahuan dengan proses pembelajaran,” tegasnya, Selasa (27/8/2024).
Sambil mengutip quotes dari China, “Jika ingin kecukupan dalam satu tahun, maka tanamlah padi, jika ingin kemakmuran dalam satu tahun, maka tanamlah pohon, jika ingin kesejahteraan dalam ratusan tahun, maka tanamlah orang.”
Dalam konteks perguruan tinggi kehadiran PBAK menjadi gerbang untuk mengawali proses pembelajar. Ciri masyarakat pembelajar itu terus belajar dan berinovasi guna memperkuat semangat dirinya sebagai pembelajar. “Orang terpelajar adalah orang yang menatap masa lalu, tetapi orang yang belajar adalah orang yang menatap masa depan. Mari kita memposisikan dirinya sebagai pembelajar sepanjang masa melalui proses refleksi, berbagi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak. Mulai hari ini kita hidup berdinamika di kampus, mari berikan sedikit waktu untuk belajar karena dengan cinta kita mampu merajut masa depan. Segala kebermanfaatan anda sebagai mahasiswa, alumni nanti bukan hanya pada IPK, ayo bangun teman sebagai aset, beriringan bersama-sama dalam mencapai cita-cita. Saya meyakini di tempat ini kita menyemai, menabur ilmu, kebaikan, tapi jangan mimpi dalam keadaan tidur, tapi bangun dengan kesadaran dan ikhtiar,” jelasnya.
Untuk mewujudkan perguruan tinggi yang unggul berbasis rahmatan lil alamin harus disiapkan mahasiswa yang terus berpikir, belajar, agar keberadaan kampus tidak jadi menara gading, justru menjadi mercusuar peradaban yang indah, elok, berwibawa dipandang dan mampu menerangi dunia, dengan menunjukkan arah bagi orang yang tengah mencari ilmu dan peradaban.
“Pengetahuan adalah sumber daya yang paling strategis pada unsur kemanusiaan, dan pembelajaran merupakan kebutuhan yang paling substansial karena pengetahuan tidak akan bertambah tanpa melalui proses pembelajaran yang baik,” tuturnya.
Kita ketahui secara bersama jika pada abad pertengahan terkenal dengan pemikiran Descartes, cogito ergo sum “aku berpikir maka aku ada”. Pada bidang Biologi dikenal manusia itu sebagai homo sapiens, yang berpikir dan aktivitas sosial. Sedangkan dalam khazanah Arab Klasik dikenal ungkapan hayawan natqhiq, manusia itu adalah hewan berpikir.
“Eksistensinya ada bukan pada wujud, ganteng, cantik, tapi berpikir. Untuk itu mahasiswa harus gaul dalam berbagai penajaman, penalaran ilmu, sambil mencari dan berusah untuk mengetahui siapa diri kita, sebab manusia yang selalu berpikir, berusaha dalam melakukan pengembangan ilmu pengetahuan untuk kemajuan bangsa, peradaban Islam dalam menegakan kebenaran dan keadilan,” ajaknya.
Caranya dengan memulai dari diri sendiri di kampus UIN Bandung yang membanggakan dalam menyiapkan gunung djati muda unggul sebagai pemimpin masa depan.
“Saya yakin anda mampu menjadi mahasiswa unggul di kampus unggul, menjadi sosok manusia yang bermanfaat, pembelajar. Selamat atas diterimanya di UIN Bandung, kampus luar biasa dan hanya orang-orang luar biasa yang hadir di kampus ini. Saya sangat bahagia hadir dan membersamai mahasiswa di tengah-tengah calon pemimpin masa depan,” pungkasnya.