(UINSGD.AC.ID)-Fenomena mudik ini kalau diruntutkan merupakan sebuah mata rantai yang terjadi sebagai hasil masyarakat (umat islam) dalam menyikapi fenomena lebaran. Dimana adanya pergeseran makna mengenai lebaran atau dalam agama islam dinamakan Idul Fitri menjadi hal yang penting untuk diperhatikan.
Tradisi mudik lebaran ini, sebenarnya terkait erat dengan sistem kekerabatan yang melihat keluarga sebagai keluarga luas (extended family). Dengan demikian, menjadi tidak aneh ketika setiap lebaran akan selalu diselenggarakan pertemuan-pertemuan yang melibatkan keluarga luas tersebut. Hal inilah yang menyebabkan orang akan terdorong untuk berkumpul dengan para kerabatnya.
Di balik tradisi mudik yang dianggap sebagai kearifan budaya bangsa Indonesia, terkuak tabir ketimpangan sosial yang luar biasa dimana mudik benar-benar menjadi sebuah dilema, karena hasrat pemudik begitu menggebu-gebu ingin sampai kampung halaman bertemu sanak keluarga.
Namun justru ritus inilah yang seringkali membuat kemacetan, kriminalitas dan kecelakaan lalu lintas meningkat dimana-mana. Serta instabilitas ekonomi yang tercipta akibat ulah pengusaha yang mencari untung dari tradisi tahunan ini.
Untuk mengetahui tulisan tentang Kereta Api dan Tradisi Mudik Lebaran di Bandung Tahun 1980-2014 oleh Syarifani Herdianti, Agus Permana, Tarpin, Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung yang dimuat pada Jurnal Historia Madania, Vol. 2, No. 2, 2018:111-134 dapat diunduh pada laman ini