Sayyidah Nafisah: Dzurriyyah Rasul dan Guru Imam Syâfi’i

Ilustrasi muslimah | pixabay

UINSGD.AC.ID (Humas) — Sayyidah Nafisah merupakan seorang ulama perempuan yang terkenal sebagai salah satu guru Imam Syafi’i. Terlahir pada 145 Hijriyah di Makkah, Nafisah adalah keturunan Nabi Muhammad dan merupakan seorang hafizah al-Qur’an serta muhaddis.

Silsilah Sayyidah Nafisah adalah sebagai berikut:

1. Nabi Muhammad Saw. (kakek)
2. Sayyidah Fatimah Azzahra (Nenek) dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib (kakek)
3. Sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib (kakek)
4. Sayyid Zaid al-Ablaj bin Sayyidina Hasan (kakek)
5. Sayyid Hasan al-Anwar bin Sayyidina Hasan (ayah)
6. Sayyidah Nafisah

Ia dikenal karena keilmuannya yang mendalam dan karamahnya, serta perannya sebagai guru bagi Imam Syafi’i di Mesir. Nafisah juga dikenal sebagai sosok yang suci dan pemberani, serta memiliki kebajikan yang berlimpah. Ia meninggal pada 208 Hijriyah dan dimakamkan di Mesir.

Sayyidah Nafisah dikenal sebagai “permata berharga di dua alam” karena ketakwaannya, kecerdasannya, dan sikap zuhudnya. Beliau dikenal sebagai zâhid, yakni seorang yang sangat dekat dengan ibadah dan memiliki perilaku yang arif dan saleh. Meskipun lahir dalam lingkungan yang berkecukupan, Sayyidah Nafisah memilih untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah dan menghabiskan setiap waktu dengan kegiatan beribadah. Kebajikan dan karamahnya juga membuatnya sangat dihormati oleh masyarakat dan ulama, termasuk Imam Syafi’i.

——-
Sayyidah Nafisah banyak berkontribusi dalam pengembangan pendidikan umat Islam pada masanya dan hingga kini melalui beberapa cara.

Pertama, Mengajar Imam Syafi’i; Beliau menjadi guru Imam Syafi’i, salah satu dari empat imam mazhab utama dalam Islam. Imam Syafi’i berguru kepadanya untuk mempelajari fikih, hadis, dan persoalan-persoalan ibadah. Melalui sang murid, beberapa pemikiran (ijtihad) sayyidah Nafisah sampai kepada generasi berikutnya.

Kedua, Menghafal Al-Qur’an; ia dikenal hafal Al-Qur’an sebanyak 1.900 kali, menunjukkan dedikasinya terhadap ilmu agama dan keilmuannya yang mendalam.

Ketiga, Mengajarkan Ilmu Agama; Beliau sering diundang oleh para ulama terkenal untuk memberikan pelajaran agama dan membantu mereka dalam memahami isu-isu agama.

Keempat, Menginspirasi Generasi Berikutnya: Kebajikan dan karamahnya membuatnya dihormati oleh masyarakat dan ulama, serta menjadi contoh bagi generasi berikutnya dalam bidang pendidikan dan ibadah, khususnya bagi kaum perempuan.

——-
Hubungan Dekat antara Sayyidah Nafisah dan Imam Syafi’i

Hubungan dekat antara Sayyidah Nafisah dan Imam Syafi’i terbentuk melalui intensitas diskusi agama yang mereka lakukan. Imam Syafi’i sering mengunjungi rumah Sayyidah Nafisah untuk belajar dan berdiskusi tentang fikih, hadis, dan persoalan-persoalan ibadah. Kedekatan ini tercermin dalam wasiat Imam Syafi’i yang meminta Sayyidah Nafisah untuk menshalati jenazahnya setelah wafatnya.

Imam Syafi’i memilih Sayyidah Nafisah sebagai gurunya karena keilmuannya yang mendalam dan karamahnya. Sayyidah Nafisah adalah seorang hafizah Al-Qur’an dan dikenal sebagai sosok yang alim dan sangat dekat dengan ibadah. Beliau juga merupakan perempuan pengajar hadis yang cerdas dan banyak mendengar hadis, sehingga Imam Syafi’i berguru kepadanya untuk mempelajari fikih, hadis, dan persoalan-persoalan ibadah.

Sayyidah Nafisah cukup mempengaruhi kehidupan dan pemikiran Imam Syafi’i melalui beberapa cara:

Pertama, Pengajaran dan Diskusi: Imam Syafi’i sering mengunjungi rumah Sayyidah Nafisah untuk belajar dan berdiskusi tentang fikih, hadis, dan persoalan-persoalan ibadah. Beliau mendengarkan hadis dari Sayyidah Nafisah dan meminta doa kepadanya ketika sakit.

Kedua, Pengaruh Spiritual: Sayyidah Nafisah memiliki karamah yang terbukti melalui beberapa kisah, seperti mendoakan Imam Syafi’i yang sakit dan kemudian sembuh. Doa Sayyidah Nafisah juga berpengaruh besar pada Imam Syafi’i, terutama ketika beliau sakit parah dan meminta doa untuk kesembuhan.

Ketiga, Pengaruh dalam Perkembangan Mazhab; Imam Syafi’i memilih untuk tinggal di Mesir dan mengembangkan mazhabnya setelah bertemu dengan Sayyidah Nafisah. Beliau sering shalat Tarawih bersama Sayyidah Nafisah di masjid ulama perempuan ini, menunjukkan kedekatan dan pengaruh spiritual yang kuat.

Dengan demikian, Sayyidah Nafisah tidak hanya sebagai guru Imam Syafi’i, tetapi juga sebagai sumber inspirasi dan bimbingan spiritual yang berpengaruh besar dalam perkembangan pemikiran dan mazhab Imam Syafi’i.

Selain hal tersebut, kisah karomah yang terjadi saat Sayyidah Nafisah mengobati Imam Syâfi’i cukup populer di kalangan para ahli ilmu, terutama kalangan sufi. Suatu ketika, saat Imam Syafi’i sakit, beliau mengutus muridnya untuk mendoakan Imam Syafi’i. Doa Sayyidah Nafisah berpengaruh besar pada kesembuhan Imam Syafi’i. Hal tersebut berulang beberapa kali. Namun, pada suatu saat, pada pertemuan terakhir, Imam Syafi’i meminta doa kepada Sayyidah Nafisah sebelum wafatnya. Namun, Sang Guru menjawabnya, “Doaku untuk kebaikanmu di alam keabadiann.” Maka Imam Syafi’i mengirim utusan untuk menyampaikan pesan terakhirnya kepada Sayyidah Nafisah agar berkenan menshalatkan jenazahnya di rumahnya.

Selain kisah di atas, doa Sayyidah Nafisah tidak hanya berpengaruh pada kesembuhan Imam Syafi’i, tetapi juga pada keseimbangan alam. Ketika terjadi bencana alam, doa beliau dapat menenangkan pada penduduk Mesir serta mengembalikan keadaan normal.

Dadan Rusmana, Wakil Rektor I UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

 

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *