Sabar dalam Penantian

Ketika pemerintah Arab Saudi resmi memutuskan penangguhan pelaksanaan ibadah umrah sampai batas waktu yang belum ditentukan, jagat nyata dan maya dipenuhi kabut duka yang teramat sangat. Para calon tamu Allah, yang telah mengerahkan segenap kemampuannya untuk bertamu menemui-Nya, harus ditangguhkan bahkan dipulangkan setelah tinggal selangkah lagi menapakan kaki di dua kota suci Mekah dan Madinah.

Air mata duka sesungguhnya bukan hanya melanda calon tamu Allah, tetapi juga seluruh pemilik jasa perjalanan haji dan Umrah, jasa penerbangan, perhotelan, dan semua unsur yang terkait dalam sistem pelayanan haji dan umrah. Imbas korona adalah duka kemanusiaan yang melanda seluruh umat manusia di dunia.

Dalam kepungan perasaan; kaget, sedih, malu, kesal bahkan marah. Sebagai orang beriman, ragam perasaan itu sejatinya tidak menggerus pikiran jernih. Hidup dan kehidupan sesungguhnya bukan hanya digerakan oleh setiap rencana matang manusia, namun diatur oleh ketetapan dan kuasa Allah Swt. Dalam nalar theologis diyakini, bahwa kuasa dan ketetapan Allah adalah skenario terbaik untuk siapapun. Sebab, segala sesuatu Allah ciptakan dan Allah tetapkan berdasarkan takaran dan ukuran yang pas dan terbaik (Qs Al-Qomar:49).

Karena itu, sebagai wujud kearifan calon tamu Allah adalah menyerahkan segala urusannya hanya kepada Allah. Tidak baik larut dalam duka apalagi terus berburuk sangka. Sikap demikian, selain akan merusak niat mulia untuk menjadi manusia terbaik dihadapan Allah, juga khawatir menghasut kita untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji. Menyalahkan pemerintah, meragukan integritas dan profesionalitas jasa pelayanan haji dan umrah, meminta pengembalian paksa biaya perjalanan umrah yang sudah dibayarkan, adalah diantara contoh perbuatan yang akan semakin menambah duka dan memperkeruh suasana.

Penangguhan ibadah umrah, tidak bisa dipungkiri telah memberi efek domino dan melahirkan persoalan yang rumit. Namun dalam nalar iman, setiap kerumitan tidak berdiri sendiri. Ia selalu berdampingan dengan kemudahan. Allah meyakinkan hal itu dengan kalimat taukid, penegasan, “Sungguh, bersama kerumitan selalu ada kemudahan. Bersama kerumitan benar-benar selalu ada kemudahan (QS. Al-Insyirah:5-6). Dalam khazanah tafsir disebutkan, ayat ini turun untuk meyakinkan dan memberikan motivasi kepada Baginda nabi, ketika beliau larut dalam derita karena bersama keluarganya diasingkan dan disolasi disebuah lembah.

Melalui ayat ini, Allah memberi motivasi sekaligus penyadaran. Bahwa fakta penangguhan keberangkatan ibadah umrah, jangan menggiring kita untuk something wrong, larut dalam duka dan derita. Tetapi harus, something right, alihkan fokus dan perhatian kita untuk menggali berbagai hikmah yang terpendam di dalamnya. Dalam pikiran orang-orang jernih ditemui peribahasa bening, always there is the silver line in the cloud, selalu ada garis perak diantara awan kelabu.

Dalam khazanah psikologi dikenal istilah missing style syndrome. Asumsi dasar istilah ini, sekecil apapun negative life event, penderitaan. Bila kita larut di dalamya, maka akan membawa kita mengabaikan positive life event, kebahagiaan yang lebih besar darinya. Sedikit masalah akan menjadi sumber penderitaan besar bila perhatian hanya tertuju padanya. Seseorang yang hanya fokus pada bentuk hidung yang tidak mancung, maka ia akan mengabaikan anugerah bentuk tubuh indah yang lainnya.
Dengan mengikuti asumsi dasar missing style syndrome ini, jika setitik masalah bisa menjadi raksasa derita karena perhatian hanya tertuju kepadanya, maka bagaimana jadinya bila kita tetap fokus larut dalam derita besar yang disebabkan penangguhan keberanagkatan ibadah umrah ini?

Dalam suasana demikian, alihkan fokus kesadaran kita untuk tetap sabar dalam penantian, terus lipatgandakan kesabaran itu, kuatkan ikatan kita dengan Allah, kemudian tetaplah waspada terhadap jebakan-jebakan yang akan memperkeruh suasana. Dengan begitu, hikmah dibalik penangguhan keberangkan kita ke tanah suci adalah kemenangan dan kebahagiaan. Demikian janji Allah dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 200. Semoga.

Aang Ridwan, Pembimbing Haji Plus dan Umroh Khalifah Tour dan Dosen FDK UIN Bandung

Sumber, Pikiran Rakyat 10 Maret 2020

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter