Saatnya Jurnalisme Islam Bangkit

[www.uinsgd.ac.id] Ratusan Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi memadati ruangan Aula Fakultas Dakwah lantai 4 pada Kamis (24/05/2012). Mereka antusias mendengarkan paparan alumni Fakultas Dakwah yang kini menjadi Pemimpin Redaksi pada Koran Nasional dan Regional dalam Talkshow Jurnalisme Islam.

Mereka adalah Heri Ruslan, Pemimpin Redaksi Republika Online (ROL) alumni Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi, serta Lutfhie, alumni jurusan KPI, serta Dr. Drajat Wibowo, Ketua Program Studi Jurnalistik. Mereka bertiga memberikan pencerahan tentang Jurnalisme Islam baik secara konsep ataupun praktik.

Heri menjelaskan ketidakadaan media yang mewakili Islam, lahirlah Republika. “Kita menginginkan media Islam, tapi yang kita baca malah Kompas dan Republika. Kapan kita besedia memajukan media Islam?” keluhnya

“Bagi saya media Islam dengan metode dakwahnya harus bisa menyampaikanya dengan sesuai bahasanya. Terjemahan dari menyampaikan sesuai dengan bahasanya. Untuk kalangan anak-anak pakailah bahasa yang dimengerti anak-anak, ibu-ibu pakailah bahasa yang dimengerti ibu-ibu, anak muda pakailah bahasa anak muda dan terjemahan dari memahami bahasa kontek media kontenya sesuai dengan bahasa kalanganya”  sarannya

Luthfie saat menyampaikan materi tentang Jurnalisme Islam dalam praktik di lapangan menuturkan  “Jika ada pers Islam, maka itu adalah yang mengindahkan Kode Etik Jurnalistik sebagai landasan moral, serta Undang-undang Pers sebagai kitabnya, sedangkan Kode Etik Jurnalistik sebagai tafsir dari Undang-undang tersebut. Sebetulnya yang seperti apa Pers Islam itu, apa seperti Sabili termasuk Pers Islam? Sementara banyak kode etik jurnalistik yang dilanggar, seperti gambar mayat korban perang yang ditampilkan, dan lain-lain,”paparnya

Setiap berita harus mengandung fakta dan bernilai, seperti kejadian “Pa Aang jatuh keseleo. Apa kah ini fakta? Pada saat jatuh Pa Aang di tempat yang sama Pa SBY jatuh tapi tidak keseleo. Apa kah ini fakta? Hampir media akan memberitakan Pa SBY, bukan Pa Aang karena kejadian jatuh Pa Aang tidak bernilai” jelasnya

“Untuk itu, mari kita menjunjung tinggi kode etik jurnalistik karena sesuai dengan nilai-nilai Islam. Juga setiap wartawan harus mengikuti uji kompetensi atau sartifikasi wartawan supaya proporsional” saranya

Menyambut banyaknya media yang berbasis Islam kata Darajat “Pada kesempaatan ini saatnya jurnalisme Islam bangkit. Berkenaan dengan kajadian Pa Aang jatuh bagi saya akan bernilai tinggi karena jatuh seleseo Pa Aang itu menyelamatkan istri Pa SBY”

“Oleh karena itu, keberadaan media Islam menjadi penting sebab selain mengulas persoalan yang aktual, nilai-nilai keislaman. Tentu dengan menjunjung tinggi kode etik jurnalistik dan propesioalisme” pesannya.*** [Dudi, Ibn Ghifarie]  

 

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *