Dalam narasi para ulama, ibadah haji dan umrah disimpulkan sebagai perjalan merajut indahnya kenangan demi kenangan. Kenangan saat melingkar iman dan takwa dalam perjalanan ritual haji dan umrah, kenangan ketika menjalani indahnya ibadah harian di Masjidil Haram dan Masjidin Nabawi, dan kenangan ketika indahnya menziarahi situs-situs bersejarah di Haramain. Ragam indahnya kenangan itu, kerapkali menghadirkan kerinduan mendalam untuk kembali bertamu ke Baitullah.
Ketika kerinduan memuncak, diantara cara melepasnya adalah menjain silaturahim dengan sesama alumni haji dan umrah. Silaturahim yang kerapkali diwujudkan dalam ragam pertemuan, seperti; pertemuan kegiatan kajian, pertemuan acara walimahan anggota jemaah (pernikahan, khitanan, ragam syukuran, dll), pertemuan ragam kegiatan muamalah, ataupun pertemuan lainnya yang kerap kali menghadirkan hangatnya suasana bathin, senantiasa menjadi obat yang bisa melepas kerinduan kepada baitullah.
Silaturahim alumi jamaah haji dan umrah, kerap kali menghadirkan berbagai kegiatan positif yang berfungsi menjaga kemabruran haji dan kemaqbuan umrah. Diantra hal positif itu adalah terjaganya kebersamaan dalam lingkaran keilmuan, keimanan dan ketaqwaan. Sekaitan dengan itu, dalam Al-Quran Allah senantiasa menyeru orang beriman dalam bentuk jama’i (sosial) bukan dalam bentuk infiradi (individual). Ya ayyuhaladzina amanu, wahai orang-orang beriman. Allah tidak memanggil yaayyuhal mu’min, wahai orang beriman.
Fakta ini dalam telaah para mufassir sesungguhnya menghadirkan edukasi, bahwa orang-orang beriman sejatinya menjaga kebersamaan. Karena dalam kebersamaan ada tangan Allah yang mengegam, yadullahi ma’aal jamaah (HR. Tirmidzi). Tidak hanya itu Rasulullah SAW menegaskan, “menjaga kebersamaan memantik datangnya kasih sayang dan pertolongan Allah” sebaliknya “ketika bercerai berai, itu mengundang datangnya adzab Allah”(HR. Ahmad).
Hal posistif lainnya yang terbangun dalam kegiatan reuni alumni haji dan umrah, adalah lahirnya karakter empati dan simpati di intern jamaah. Simpati atas prestasi atau positive life event jamaah yang lain dan empati atas penderitaan atau negative life event jamaah yang lain. Melalui karakter ini berikutnya terbbangun sikap tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa. Dalam Al-Qur’an Surat al-Maidah ayat 2 Allah berfirman , “Dan tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan janganlah kalian tolong menolong dalam dosa dan pelanggaran”.
Dalam kasus tertentu reunian haji dan umrah kerap kali diwarnai dengan aksi peduli sosial. Memberi santunan kepada anak yatim piatu dan dhuafa, sumbangan untuk pembangunan masjid, madrasah dan pondok pesantren, sampai menghimpun dana untuk korban bencana alam dan korban terdampak pandemi covid 19. Kegiatan aksi peduli sosial ini tentu sangat mulia, karena itu Rasul SAW menegaskan, bahwa diantara indikasi haji mabrur itu adalah, ith’amat tho’am, yakni gemar memberi makanan pada saudaranya yang kelaparan dan minuman pada saudaranya yang kehausan.
Menyertai hal itu, menu utama kegiatan reunian haji dan umrah adalah kajian keagamaan. Berbagai topik-topik kajian, sepeti; fiqih, aqidah, akhlak, hadits, tafsir dan bidang kajian keagamaan lainnya seringkali dikaji secara rutin. Nara sumber kajian, lazimnya ditugaskan kepada para pembimbing yang pernah menyertai jemaah dalam kegiatan haji dan umrah. Sementara untuk tempat, selain difasilitasi oleh travel atau KBIH, para alumni seringkali dengan sukarela secara bergiliran menyediakan. Kegiatan kajian ini, tentu saja menghadirkan mafaat yang besar bagi lahirnya transformasi keilmuan yang bisa menjadi kerangka referensi bagi alumni haji dan umrah dalam memperkaya wawasan keagamannya.
Kembali keawal, reunian jemaah haji dan umrah, selain bisa menjadi medium untuk melepaskan kerinduan ke baitullah, juga bisa menjadi momentum untuk membangun berbagai ragam kebaikan. Dengan kebaikan itu, selain bisa menjaga kemambruran haji dan kemaqbulan umrah, juga bisa memantik datangnya kasih sayang dan pertolongan Allah, (Qs Al-A’raf:56). Semoga.
Dr. H. Aang Ridwan, M.Ag, dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Sumber, Pikiran Rakyat 08 Desember 2020.