Tugas seorang sarjana setelah lulus dari perguruan tinggi, yakni mengabdikan diri kepada masyarakat sesuai dengan jiwa perguruan tinggi, dengan tujuan mengharapkan rida Allah swt. Sebagai cendekiawan muslim, lulusan UIN SGD Bandung harus mampu memadukan antara fikir dengan dzikir.
“Selain itu, lulusan UIN SGD Bandung harus mampu berfikir mendalam, substansial, dan peduli dengan problem yang dihadapi masyarakat,” ungkap Ketua Senat Universitas, Prof. Dr. H. Nanat Fatah Natsir, MS, saat membuka acara Sidang Senat Terbuka dalam Wisuda ke-76 Program Diploma dan Sarjan UIN SGD Bandung di Aula Anwar Musaddad, Kampus I, Jalan A.H Nasution No 105, Kota Bandung, Ahad (06/10/19).
Nanat meminta kepada para mahasiswa agar tetap menjaga nama baik almamater di mana pun mereka berada dan beraktivitas dengan menunjukkan nilai-nilai akhlakul karimah, sehingga kehadiran sarjana UIN SGD Bandung menjadi warna positif bagi masyarakat, memberi manfaat dan mampu mengubah masyarakat ke arah yang lebih maju, adil, makmur dan sejahtera menuju rida Allah SWT.
“Berbuatlah apa yang bisa dilakukan dan bermanfaat bagi umat, bangsa dan Negara. Rasulullah saw., bersabada, Sebaik-baik manusia adalah yang memberikan manfaat kepada mansuia lainnya,” tuturnya.
Nanat mengingatkan, agar lebih bijak dan dapat berpikir jernih dalam menghadapi hiruk pikuk dan problem bangsa saat ini. Dengan demikian, lulusan UIN SGD Bandung tidak menjadi bagian dari masalah, akan tetapi justru menjadi bagian dari solusi yang dihadapi bangsa.
Ikhiar Lahir Batin
Rektor UIN SGD Bandung, Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si, mengatakan untuk meraih kesuksesan hidup diperlukan ikhtiar lahir-batin yang sungguh0sungguh, selain mencari ilmu seluas-luasnya, juga harus menghormati kedua orang tua dan berbakti kepada guru serta dosen yang telah banyak membimbing dan mengarahkan mahasiswanya menjadi cendekiawan.
“Ibarat roda dalam kendaraan, antara ban di roda depan dan belakang harus sejalan, beriringan, sehingga keduanya sama-sama berhasil sampai ketempat tujuan. Untuk itu, saya titip kedua potensi yang mengedepankan ikhtiar lahir-batin itu tidak bisa dipisahkan, seperti halnya ban kendaraan, satu kempes tidak bisa berjalan dengan lancar, mulus sampai tujuan. Jadi keduanya harus beriringan, sejalan dalam meraih kesuksesan,” paparnya di hadapan 1.428 wisudawan.
Mereka terdiri atas Fakultas Ushuluddin 183 orang; Fakultas Tarbiyah dan Keguruan 343 orang; Fakultas Syari’ah dan Hukum 157 orang; Fakultas Dakwah dan Komunikasi 211 orang; Fakultas Adab dan Humaniora 148 orang; Fakultas Psikologi 42 orang; Fakultas Sains dan Teknologi 137 orang; Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 207 orang.
Rektor menetapkan wisudawa peraih pujian dengan IPK tertinggi sebanyak 41 lulusan dan 1 wisudawan yang hafal 30 juz Al-Quran. Mereka, yakni Miska Unil Ilma, S.Pd, jurusan Pendidikan Agama Islam dengan IPK 3,93; Gina Amaliyah Solihah, S.Pd, jurusan Pendidikan Bahasa Arab dengan IPK 3, 93; Suherman, S.Hum, jurusan Sejarah dan Perabadan Islam dengan IPK 3,92; Nurlaela Sari, S.Pd, jurusan Manajemen Pendidikan Islam dengan IPK 3,92; Nida Labibah, S,H, jurusan Hukum Keluarga dengan IPK 3,91; Siti Habibah, S.Sos, jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dengan IPK 3,91; Rizki Zakwadin, S.Pd, jurusan Pendidikan Fisika dengan IPK 3,89; Okeu Irwandi Widjaya, S.Hum, jurusan Sastra Inggris dengan IPK 3,89; Mohammad Aqil Baihaqi, S.Ag, jurusan Tasawuf dan Psikoterapi dengan IPK 3,88; Vini Zulva Nurhadiyani, S.Sos, jurusan Sosiologi dengan IPK 3,88; Muhammad Anis Fuadi, S.Ag, jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, lulusan berprestasi bidang tahfidz Quran 30 juz. (B-47)
Sumber, Galamedia 7 Oktober 2019.