Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung mewisuda 1.078 lulusan tahun akademik 2018/2019 di Aula Gedung Anwar Musaddad, Kampus I, Jalan AH Nasution 105, Cibiru, Kota Bandung. Mereka terdiri atas 953 program sarjana, 75 orang program magister, dan 50 orang program doktor.
Rektor UIN SGD Bandung, Prof. Mahmud mengatakan saat ini masyarakat dunia sedang menghadapi tantangan besar era revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan munculnya kecerdasan buatan (artificial intelligence). Semua aktivitas manusia berbasis pada teknologi robotis.
“Revolusi industri telah mendatangkan berbagai kemudahan di satu sisi, dan sekaligus telah menghadirkan fenomena disrupsi di sisi lain,” ungkapnya seperti dalam keterangan resmi yang diterima Ayobandung.com, Minggu (20/1/2019).
Menurutnya, disrupsi menginisiasi lahirnya model baru dengan strategi lebih inovatif dan kreatif. Disrupsi dipandang sebagai era semua orang berlomba menciptakan inovasi. Banyak pihak yang menjadi korban era disrupsi, di antaranya adalah transportasi konvensional, mall, dan media cetak. Selebihnya, era disruptif pun dapat menghancurkan tatanan nilai yang telah tertanam di masyarakat Indonesia.
“Tegasnya, era revolusi industri 4.0 ini memberi peluang inovasi kreatif sekaligus tantangan kepada setiap institusi negara, termasuk perguruan tinggi,” ujar Mahmud.
Oleh karena itu, katanya, UIN SGD Bandung sebagai lembaga pendidikan tinggi menghadapi banyak tantangan. Antara lain penyiapan kebutuhan lulusan pendidikan tinggi yang memiliki kompetensi dan kemampuan kerja dan sikap kerja (employability).
Pembentukan sikap mahasiswa dan lulusan yang toleran, empatik, menghargai ragam budaya, dan cinta tanah air. Penyesuaian kurikulum dengan mengintegrasikan literasi baru untuk merespon revolusi industri.
“Selain itu pengembangan sarana prasarana mutakhir, terutama untuk menyiapkan proses pembelajaran model daring dengan memanfaatkan teknologi informasi khas era revolusi industri. Antara lain smart class room, augmented reality, artificial intelligence, virtual reality, dan analisis data, yang sifatnya berfokus pada efisiensi proses pembelajaran,” ungkap Mahmud.
UIN SGD Bandung juga berupaya membentuk sumber daya manusia (SDM) yang mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini, lanjutnya,untuk mempercepat pencapaian tujuan negara, serta meningkatkan daya saing dan kemandirian dalam memperjuangkan kepentingan negara dalam pergaulan internasional.
“Kami berusaha memiliki keunggulan dalam pengembangan SDM sesuai kompetensi keilmuan. Ilmu yang dikembangkan harus memiliki relevansi dengan pengembangan di masyarakat. Produksi pengetahun serta inovasi haruslah berdaya saing dalam kompetisi di tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional,” katanya.
Dijelaskannya pula, UIN SGD Bandung memiliki distingsi disbanding dengan perguruan tinggi lainnya, yakni mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi berparadigma wahyu memandu ilmu. Implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut memerhatikan bingkai ahlak karimah.
“Distingsi inilah yang diarahkan agar SDM mempunyai keunggulan yang kompetitif di tingkat ASEAN pada 2025,” tegasnya.
Prof. Mahmud mengungkapkan, UIN Bandung tengah menyiapkan tiga agenda yang relevan dalam menghadapi era disrupsi sekarang ini, khususnya digitalisasi, internasionalisasi, dan internalisasi nilai-nilai Islam. Pertama, agenda digitalisasi yang merupakan desakan internet of things dengan mengubah segala basis penggunaan teknologi informasi dari analog ke digital.
Kedua, agenda internasionalisasi dalam arti percepatan menuju world class university melalui penguatan kompetensi keilmuan, pengenalan inovasi, dan pengakuan di tingkat lokal, nasional, regional dan global.
“Ketiga, agenda internalisasi atau penanaman nilai-nilai keislamanan dengan berpijak kepada paradigma wahyu memandu ilmu dan berbingkai ahlak karimah sebagai keniscayaan yang mesti dilaksanakan oleh seluruh sivitas akademika agar tidak tergerus oleh era disrupsi ini,” tegasnya.
Prof. Mahmud berpesan kepada seluruh wisudawan untuk selalu menjaga nama baik UIN SGD Bandung, “Oleh karena itu, peningkatan kualitas ketakwaan itu menjadi penting. Karena sebaik-baiknya manusia itu yang bermanfaat bagi diri dan lingkunganya,” pungkasnya. (Adi Ginanjar Maulana)