Puji syukur kita panjatkan, masih berkesempatan melaksanakan ibadah shaum hari keenam. Situasi yang baru, dalam kondisi memprihatinkan. Wabah sedang melanda dunia dan tak boleh ada aktivitas beragama yang dapat dilakukan bersama di masjid atau mushalla.
Pandemi corona memberikan pelajaran bahwa tuna-ilmu pengetahuan dan teknologi adalah keterbelakangan. Itulah mengapa, Islam menekankan pentingnya ilmu pengetahuan. Kebangkitan umat hanya mungkin, ketika ilmu pengetahuan menjadi pegangan. Dalam ilmu pengetahuan dan teknologi ada kekuatan, tidak hanya politik, tapi juga bisnis, ekonomi, militer, sosial dan budaya.
Inilah makna dari pesan Tuhan, bahwa manusia beriman, beramal saleh dan berilmu diangkat derajatnya lebih tinggi (QS al-Mujadalah:11). Ramadhan adalah bulan ilmu pengetahuan. Mari jadikan momentum menempa sumber daya insani. Menguasai ilmu pengetahuan akan menjadi kekuatan tak tertandingi, sebagaimana sejarah bangsa-bangsa yang berkuasa dan saat ini.
Begitu pentingnya ilmu pengetahuan, sampai disebutkan kewajibannya sejak dari awal hingga helaan terakhir napas kehidupan. Wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW mendorong manusia untuk membaca (iqra) dengan menyebut nama Tuhan yang menciptakan. Tidak perlu lagi memisahkan antara ilmu agama dan ilmu umum. Ayat qauliyyah harus dikaji, didalami, bahkan dengan menggunakan ilmu pengetahuan (tafsir bil ‘ilmi).
Ayat kauniyyah juga harus dikaji, karena ciptaan-Nya, berbagai petunjuk diberikan kepada mereka yang berakal dan berpikir. Apapun yang memberikan manfaat dan kemajuan bagi manusia dalam tugasnya sebagai khalifah, dalam konteks ibadah, imarah dan imamah harus dipelajari dan dikembangkan.
Ketidaktahuan pada virus corona membuat umat manusia gagap, kejumawaan ilmu pengetahuan runtuh seketika. Siapa yang menjadi korban, pasti mayoritasnya umat Islam yang secara ekonomi masih banyak yang berkesusahan.
Jadilah pembelajar, karena lorong gelap kehidupan, disrupsi yang terjadi akan dapat diikuti dengan bekal ilmu pengetahuan. Gelombang perubahan tak dapat dielakkan. Kukuh dengan keimanan, terus menebar amal saleh, tak mudah terbawa arus ketidakpastian, namun sanggup menari dalam perubahan, hanya mungkin jika cukup ilmu pengetahuan. “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan,” (QS Taha: 114).
Manusia pertama, Nabi Adam AS, ketika hendak diutus ke dunia dibekali ilmu pengetahuan. “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi. “Mereka berkata, “Apakah engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman: “Sungguh, aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama benda semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua benda ini, jika kamu yang benar!” (QS al-Baqarah: 30-31). Wallaahu a’lam.
Iu Rusliana, dosen Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Sumber, Republika 29 April 2020