Ramadhan (17): Al-Qur’an Kita Itu Hebat

Salam. Tanggal 17 Ramadhan identik dengan peringatan Nuzulul Qur’an, setidaknya di Indonesia. Peringatan tersebut bukan hanya berarti menyelenggarakan seremoninya, tetapi yang terpenting mengingat Al-Qur’an sendiri. Yang kedua ini lebih penting daripada yang pertama. Dan yang lebih penting lagi adalah menyamakan irama hidup dengan Al-Qur’an.

Ada sejuta alasan kenapa Al-Qur’an dikatakan hebat. Sudah banyak uraian bertutur tentangnya. Entah itu ditulis oleh para ulama, entah itu ditulis oleh para saintis, entah itu ditulis oleh para profesor, entah itu ditulis oleh para kiyai, dan seterusnya. Pokoknya, kesimpulan dari tulisan-tulisan itu adalah bahwa al-Qur’an itu hebat.

Kita akan rinci satu persatu sesuai dengan space yang tersedia.

Pertama, al-Qur’an memiliki beberapa nama, dan semuanya disebutkan di dalam al-Qur’an itu sendiri. Nama-nama tersebut sekaligus menunjuk kepada jati dirinya sekaligus petunjuk bagaimana kita memperlakukannya. Misal, al-Huda (petunjuk) karena memang al-Qur’an itu fungsinya sebagai petunjuk. Ya, kita harus menjadikannya sebagai petunjuk. Al-Furqan (pembeda) karena memang al-Qur’an itu fungsinya sebagai pembeda antara yang benar dan yang batil. Ya, kita harus menjadikannya sebagai pembeda. Setiap nama menunjuk fungsinya dalam kehidupan dan kita harus memperlakukannya sebagaimana fungsinya.

Kedua, al-Qur’an adalah Kitab Suci yang paling banyak dibaca manusia sepanjang masa. Coba hitung: Berapa jumlah orang Islam sepanjang masa. Berapa kali mereka membaca Al-Qur’an, baik karena kewajiban maupun karena kesunahan. Berapa kali mereka membacanya setiap hari. Tengok literatur-literatur tentang al-Qur’an. Sejumlah literatur yang sudah dan akan ada bukankah menunjuk pada berapa kali al-Qur’an dibaca? Itu baru melihat jika yang membacanya orang Islam. Bukankah al-Qur’an, baik bacaannya maupun terjemahannya, juga dibaca oleh non-Muslim?

Ketiga, al-Qur’an adalah Kitab Suci yang membangkitkan sensitivitas emosional dengan pembacanya. Berapa banyak air mata tertumpahkan karena membaca, mendengar, dan mengkaji al-Qur’an. Berapa banyak kebahagiaan terpancar karena membaca, mendengar, dan mengkaji al-Qur’an. Berapa banyak kesombongan terpatahkan karena al-Qur’an. Berapa banyak kerinduan terbangun karena al-Qur’an. Setiap pembaca memiliki sensitivitas sendiri-sendiri.

Keempat, al-Qur’an adalah Kitab Suci yang tidak bisa ditiru. Siapa yang mencobanya pasti gagal. Sebut misalnya Musailamah al-Kazzab, Thulaihah al-Asadi, Abu al-Ala al-Muarri, al-Mutanabbi, dan Ibnu al-Muqaffa. Mereka semua gagal total. Karya-karya hasil tiruannya sama sekali tidak bisa menandingi al-Qur’an, dari berbagai sisi mana saja.

Kelima, al-Qur’an, baik teksnya maupun kandungannya, digaransi terpelihara sampai kapan pun. Semenjak kurang lebih 1.500 tahun yang lalu diturunkan, al-Qur’an tetap terpelihara dengan baik, baik itu tulisannya maupun kandungannya, bahkan sampai unsur-unsur terkecil seperti harakat dan titik.

Keenam, al-Qur’an adalah Kitab Suci yang paling banyak dihapal dan mudah untuk dihapal. Para penghapalnya tidak mengenal usia, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, bahkan sampai yang sudah lanjut usia. Hebatnya, ada orang yang mampu menghapalnya dalam waktu yang relatif singkat. Jumlah penghapal al-Qur’an terlalu banyak untuk dihitung. Pencetak penghapalnya terus bermunculan melalui lembaga-lembaga penghapal al-Qur’an.

Ketujuh, keistimewaan (baca: mukjizat) al-Qur’an bukan hanya terletak pada kandungannya, bahkan pada setiap sisinya, mulai hurufnya, tulisannya, susunannya, urutannya, namanya, jumlah ayatnya, cara membacanya, angka-angka yang dikandungnya, dan lain sebagainya. Keistimewaan yang sama dapat digali dari keindahan bahasanya, isyarat-isyarat saintisnya, isyarat-isyarat masa depannya, logika-logikanya, dan lain sebagainya.

Kedelapan, ajaran al-Qur’an relevan sepanjang waktu dan tempat. Meski pertama kali turun untuk masyarakat Arab, tetapi sisi universalitasnya menjangkau dan merangkul semua peristiwa-peristiwa yang terjadi sepanjang masa. Al-Qur’an berisi ungkapan-ungkapan yang universal. Tak ada satu persoalan pun di dunia kecuali al-Qur’an mempersiapkan solusinya. Tidak ada satu problem pun yang terjadi kecuali al-Qur’an menjangkaunya.

Kesembilan, kandungan al-Qur’an tidak saja dikagumi oleh orang-orang Islam, bahkan orang-orang di luar Islam pun ikut mengaguminya. Berapa banyak orang-orang memeluk Islam gegara mengkaji al-Qur’an. Berapa banyak orang tergerakkan untuk mengucapkan kalimat syahadat gegara mendengar bacaan al-Qur’an. Bahkan, tidak sedikit yang mendapatkan hidayah meskipun gegara membaca terjemahan al-Qur’an.

Kesepuluh, al-Qur’an telah menginspirasi kemunculan peradaban di dunia. Begitu banyak disiplin ilmu terlahir gegara al-Qur’an. Betapa banyak penemuan-penemuan baru dilahirkan gegara al-Qur’an. Betapa banyak kitab dan buku ditulis gegara al-Qur’an. Betapa banyak karya besar ditulis gegara al-Qur’an. Betapa banyak momen-momen besar terselenggara gegara al-Qur’an. Betapa banyak ide brilian lahir karena al-Qur’an.

Kesebelas, al-Qur’an memberikan jalan keselamatan di dunia dan akhirat. Siapa yang menjadikannya sebagai pedoman hidup, ia akan selamat di dunia dan akhirat. Siapa yang menolak menjadikannya sebagai pedoman hidup, ia akan celaka di dunia dan akhirat. Riwayat dan keterangan bertaburan tentang janji keselamatan bagi orang-orang yang mempedomani al-Qur’an.

Ini adalah sebagian kecil dari keistimewaan-keistimewaan al-Qur’an. Diskursus orang-orang sepanjang masa tentang keindahan, keunggulan, dan kebenaran al-Qur’an sudah cukup untuk menyimpulkan bahwa al-Qur’an kita hebat.

Subhanallah. Mahasuci Allah yang telah menurunkan al-Qur’an sebagai Kitab Suci sepanjang masa. Wallahu a`lam.

Prof. Dr. H. Rosihon Anwar, M.Ag, Wakil Rektor I UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Tulisan ini merupakan Kajian ke-55 dalam Gerakan Peduli Bahasa Al-Qur’an

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter