Program Studi Pendidikan Agama Islam Hadapi Tantangan Revolusi Industri

[www.uinsgd.ac.id] Tantangan besar bagi perguruan tinggi saat ini, yakni menghadapi revolusi industri 4.0. Oleh karena itu setiap program studi yang diselenggarakan di perguruan tinggi harus mampu menjawab dan sejalan dengan tantangan tersebut.

“Mau tidak mau, program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) harus memiliki kemampuan bersaing mengahadapi revolusi indistri 4.0 yang semakin berada di depan mata. PAI harus semakin memperkuat pendidikan karakter,” ungkap Pelaksana Tugas Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof. Dr. Aan Hasanah, M.Ed., kepada “GM” di sela-sela Visitasi Reakreditasi PAI di Kampus 2, Jalan Soekarno-Hatta, Cimincrang, Panyileukan, Kota Bandung, Senin (10/9/2018).

Salah satu bentuk kesiapan mengahadapi tantangan tersebut, kata Aan, yakni penyelenggaraan pendidikan harus memiliki nilai akreditasi yang baik. Itulah yang kini tengah dilaksanakan FTK UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Aan mengaku optimistis, prorgan studi PAI akan mampu mempretahankan nilai akreditasi A yang selama ini telah dicapainya.

“Tidak ada perubahan yang terlalu prinsip dalam proses reakreditasi ini. Semua komponen telah kami penuhi, tinggal menunggu hasil akhir dari penilaian tim asesor,” kata Aan.

Kendati demikian, diakuinya, ada tiga aspek yang harus diberi penguatan agar proses pembelajaran berlangsung secara optimal. Ketiga aspek itu, yakni pertama, peningkatan infrastruktur terutama penambahan laboratorium.

“Keberadaan infrastruktur yang telah kami miliki memerlukan peningatan, terutama laboratorium. Hal ini sejelan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan menghandapi tantangan revolusi industri 4.0,” ujarnya.

Kedua, lanjut Aan, kerja sama dengan pihak-pihak lain yang berhubungan dengan PAI, terutama lembaga pendidikan di antaranya madrasah-madrasah dan sekolah. Ketiga, katanya, penguatan fungsi kecendikiawanan sivitas akademika di tengah-tengah masyarakat.

“Misalnya peningkatan kepedulian sosial terhadap berbagai permasalahan sosial seperti penanggunalangan narkoba, bencana alam, mebangun lingkungan bersih, pendidikan kemasyarakatan, dan sebagainya,” jelas Aan.

Hal senada juga disampaikan Rektor UIN SGD Bandung, Prof. Dr. Mahmud, M.Si. Untuk menghadapi tantangan revolusi industri, katanya, di samping memaksimalkan kampus I di Jalan A.H. Nasution dan Kampus 2 di Jalan Soekarno-Hatta, UIN SGD Bandung juga sudah mempersiapkan kampus 3 yang dikhususkan untuk mengembangkan ilmu Alquran.

“Di kampus III kami bangun Rumah Alquran yang dipersiapkan untuk mencetak sarjana ulama zaman now untuk menghadapi era revolusi indutri 4.0.,”

Menurutnya, di Rumah Alquran ini mahasiswa digembleng secara khusus oleh para kiyai, para doktor, dan profesor yang kompeten dalam bidang ilmu Alquran dan teknologi.

“Rumah Alquran yang dilengkapi sistem pembelajaran berbasis teknologi informasi. Mudah-mudahan dengan kehadiran asesor pada saat ini yang melakukan visitasi Pendidikan Agama Islam dapat memberikan andil yang besar dalam menyiapkan sarjana ulama zaman now dengan memberikan nilai akreditasi terbaik,” harapnya.

Visitasi reakreditasi ini menghadirkan dua asesor, yakni Dr. Karwadi, M.Ag (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), Dr. Amir Maliki Abitolkha, M.Ag. (UIN Sunan Ampel Surabaya).

Sumber, Galamedianews Selasa, 11 September 2018 | 22:25 WIB

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *