(UINSGD.AC.ID)-SATU lagi, perempuan hebat lahir dari Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Dia adalah Dr Akmaliyah, M.Ag, dosen Bahasa dan Sastra Arab yang menyandang gelar profesor (guru besar) pada 12 Desember 2022. Sebuah jabatan fungsional tertinggi karena memiliki kapasitas keahlian dan produktivitas ilmiah yang tinggi di bidang Bahasa dan Sastra Arab.
Prof Akmal –panggilan akrab Prof Akmaliyah– menyadari bahwa proses perjalanan menuju Guru Besar itu tidak mudah. Banyak persyaratan yang harus dipenuhi, baik persyaratan utama maupun persyaratan tambahan. Juga, dituntut kesabaran, ketelitian, keuletan, kegigihan, dan kedisplinan dalam prosesnya. Ia menjalani perjuangan itu selama lebih kurang dua tahunan, dari mulai pengajuan November 2020, hingga terbit SK Guru Besar pada 12 Desember 2022.
“Alhamdulillah semua itu dapat saya lalui. Sebenarnya bukan kita yang hebat, melainkan Allah SWT yang senantiasa memberi kemudahkan kepada kita”. Begitulah celoteh Prof Akmal saat memberikan sambutan pada acara syukuran dirinya di Fakultas Adab dan Humaniora, Selasa (28/12/2022). Selain bersyukur kepada Yang Maha Kuasa, Prof Akmal juga tidak lupa menyampaikan apreasi atas kinerja Tim yang ikhtiarnya luar biasa dalam mengantarkan dirinya menggapai “Cita” dan “Asa”.
Cita memiliki makna “perasaan hati, angan-angan, gagasan, ide, dan rindu akan”. Atau makna yang lebih tepatnya adalah “gagasan/ide” Prof Akmal itu sendiri. Sedangkan “Asa” adalah “harap”, sebuah kehendak Prof Akmal yang di dalamya terkandung pertaruhan antara sukses atau kecewa. Ini mengandung arti Prof Akmal siap mental “bertawakal” bila yang muncul adalah kekecewaan. Ia menyadari bahwa kehidupan dunia memang tak pernah sempurna, namun Prof Akmal tak pernah kehilangan harap, bahwa ada masanya akan terwujud kehidupan yang lebih baik. “Maka, di sini ada peran pimpinan, baik di Fakultas maupun universitas, dan kolega yang selalu memberikan semangat dan dukungan. Terima kasih kepada semuanya!” ujar istri dari Drs E Rakajiwi ini.
Nama ’Akmaliyah’ sendiri memiliki makna ”paling sempurna”. Semoga Prof Akmal mewarisi sifat-sifat kesempurnaan itu. Paling tidak bisa ditunjukkan melalui indikator bahwa Prof Akmal itu orangnya percaya diri, bisa memimpin, berwibawa, mandiri, dan selalu berpetualang. Boleh jadi, nama yang bagus ini mengandung kekuatan ruhani yang mendorong Prof Akmal lebih percaya diri, dan lebih bersemangat untuk menjadi pribadi yang sempurna, serta selalu berusaha agar hidupnya bermanfaat untuk orang banyak. Bahkan, akmaliyah mencerminkan sifat peduli pada sesama, dermawan, tidak mementingkan diri sendiri, dan taat dalam menjalankan kewajiban.
Anak kedelapan dari sepuluh bersaudara ini, dalam kesehariannya sangat akrab dengan sesama: rekan kerja, sesama dosen, karyawan, bahkan dengan pegawai “rendahan” sekalipun. Ia selalu menunjukkan sikap bersahabat, didukung oleh penampilannya yang bersahaja, bahkan low profile, sehingga tidak membuat jarak dengan atasan maupun bawahan.
Sebagai seorang pejabat, wanita kelahiran Tangerang 01 November 1966 ini, juga dikenal sebagai orang yang loyal kepada pimpinan, totalitas dalam bekerja, lurus, juga relijius. Itu terlihat saat menjalankan aktivitas keseharian, baik sebagai dosen, sebagai Kepala Pusat Studi Gender dan Anak LPPM UIN SGD, sebagai aktivis berbagai organisasi masyarakat, ataupun sebagai aktivis organisasi profesi.
Di mata para pejabat lain, baik di tingkat fakultas maupun universitas, Prof Akmal dikenal seorang yang berjiwa toleran. Ia bisa diterima di kalangan manapun. Fleksibilitas sikapnya dibentuk oleh pemahamannya tentang cara pandang orang lain. Tidak pernah membeda-bedakan orang lain, walaupun dalam masalah pemikiran maupun sikapnya berbeda pandangan.
Di kampus, Prof Akmal dikenal sebagai sosok yang obyektif, menyayangi bawahan dan senang menciptakan iklim akademik agar lebih baik. Wajar kalau Prof Akmal dua kali dipercaya sebagai Kepala Pusat Studi Gender dan Anak, dalam rangka membantu kinerja Rektor UIN SGD Prof Dr H Mahmud, M.Si. Dengan dipercayanya menjabat dua kali menandakan bahwa Prof Akmal merupakan sosok yang sangat diperhitungkan. Sikap inilah yang membuat sahabat-sahabatnya, khususnya di kampus, merasa nyaman bergaul dengan Prof Akmal.
Mengakhiri obrolan dengan fah.uinsgd.ac.id, anak dari pasangan H Yoesoef Saleh (alm)dan Hj Sufiyah (almh) ini, menyampaikan gagasan pentingnya tentang Sastra Arab. Mahasiswa dan dosen, katanya, bukan hanya terlibat dalam proses kegiatan belajar mengajar Bahasa dan Sastra Arab, atau peneliti bahasa Arab, melainkan juga mengabdi di masyarakat terkait bidang Bahasa dan Satra Arab, terutama berkaitan dengan budaya lokal masyarakat Sunda.
“Mahasiswa dan dosen juga perlu dikenalkan dengan dunia luar, khususnya mengenal budaya Arab di negara-negara Timur Tengah. Karenanya, perlu ada program pertukaran pelajar dan dosen atau kegiatan pelatihan, penelitian dan atau pengabdian di negeri Arab,” ujar ibu dari dua anak, Nisrina Ulfa dan Zalifa Nuri ini.
Dr H Setia Gumilar, M.Si sebagai Dekan FAH turut bangga atas keberhasilan Prof Akmal dalam meraih gelar Profesor/Guru Besar bidang Bahasa dan Sastra Arab ini. “Prof Akmal adalah guru besar yang konsisten. Ia adalah dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Arab, guru besarnya pun Bahasa dan Sastra Arab, profesornya juga bidang Bahasa dan Sastra Arab, meskipun studi S2 dan S3-nya bidang Pendidikan Islam,” katanya.
Atas nama pimpinan FAH, Dekan mengucapkan selamat kepada Prof Akmal, selamat menginspirasi dosen-dosen FAH lainnya. Harapan Dekan, Prof Akmal dapat mendampingi dosen-dosen lainnya yang sudah Lektor Kepala untuk menjadi Profesor. “Peningkatan kualitas FAH ditentukan oleh dosen. Termasuk, para Guru Besar diberikan fasilitas untuk berkarya meningkatkan dan mempertahankan keunggulan FAH,” pungkas Dekan. [created by nanang sungkawa]