Prinsip-prinsip Ekonomi Syariah dalam Mensejahterakan Umat

[www.uinsgd.ac.id] Keadilan, kesepakatan, ketentuan, laba yang diperoleh dibagi, jual beli barang jasa yang halal harus menjadi prinsip-prinsip ekonomi syariah dalam mensejahterakan umat dalam Seminar Nasional Ekonomi Islam yang bertajuk “Implementasi prinsip-prinsip Ekonomi Syariah dalam Mensejahterakan Umat” dengan menghadirkan narasumber; Dr. H. Atang Abdul Hakim, MA (Dosen FSH UIN SGD Bandung),  Dede Mulkan (Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran), Tuti Hartati, SE (Dirut Bank Syariah Al-Mas’oem), Cesillian Aida (Ketua Bidang Sosial PERINDO Pusat) yang dipandu oleh Dr. Deden Effendi, M. Ag di Aula FSH, lantai IV, Selasa (16/4)

bagi Atang  menjelaskan dalam kajian Ilmu Fiqh Muamalah ada dua istilah yang sering dipergunakan, pertama, prinsip (mabda jamaknya mabâdî). Kedua, asas (asâs jamaknya usus). “Prinsip adalah  elemen pokok yang menjadi struktur atau kelengkapan sesuatu, sementara asas adalah landasan atau dasar tempat berpijaknya sesuatu dengan tegak.,” paparnya. 

Untuk prinsip itu ada tiga; pertama, al-tauhîd; kedua, al-‘adalah; ketiga, al-amr bi al-ma’rûf wa nahy ‘an al-munkar. Ada tujuh asas yang meliputi; pertama, tabādul al-manāfi’ (pertukaran manfaat); kedua, ‘an tarādhin (suka sama suka atau kerelaan); ketiga, ‘adam al-gharar (tidak ada penipuan atau spekulasi); keempat, kerjasama (musyārakat); kelima, pemerataan kesempatan (musâwah); keenam, kepemilikan (haq al-milk); ketujuh, kebaikan dan taqwa (al-bir wa al-taqwa). Ketiga prinsip dan ketujuh asas ini saling berkoherensi dalam meraih kesejahteraan menuju puncak kehidupan, yaitu kebahagian (al-falah).

Berkenaan dengan kesejahteraan, bukan terletak pada harta benda, tapi kebahagian dunia dan akherat. “Inti dari kesejahteraan itu terpenuhinya hajat hidup banyak. Dalam Islam itu tidak hanya bahagia di dunia dari segi materi, harta. Akan tetapi kebahagian di akhirat juga harus ditempuh. Caranya dengan melakukan perbuatan yang halal saat mendaptkan harta,” pesannya.

Bagi Tuti, meski kondisi perbankan syari’ah market sharenya masih 4,04%, tapi, peluang  laju pertumbuhan perbankan syariah masih terbuka lebar untuk membuka sayapnya. Terlihat dari fakta  nasabah baik yang muslim dan non muslim  terus beralih  transaksinya ke perbankan syariah.

“Market share di bawah 5%  harus dijadikan motivasi dan pemicu  bagi perbankan syariah untuk melakukan langkah-langkah strategis dalam  melakukan terobosan kedepan. kami tetap optimis perbankan syariah akan terus menigkat,” paparnya.

Ihwal terus meliriknya nasabah ke perbankan syariah karena dinilai lebih menguntungkan dan tingkat margin yang kontitif, serta menawarkan bagi hasil sehingga saling menguntungkan pihak bank dan nasabah. “Banyak keuntungan bagi nasabah di perbankan syariah,  sistem bagi hasil lebih baik dari pada sistem bunga di bank konvensional juga dibangun sistem kemitraan antara bank dan nasabah, ” ucapnya.

“Bukan hanya itu, perbankan syariah  mengedepankan prinsip keadilan, kesetaraan dan ketentraman bagi kedua belah pihak,” sambungnya.

Dirut Bank Syariah Al-Mas’oem ini menyatakan supaya laju pertumbuhan perbankan syariah terus tumbuh dan berkembang  maka perlu didukung  penuh oleh pemerintah dan masyarakat, ” regulasi yang jelas, serta dukungan dari semua pihak terutama pemerintah dan masyarakat menjadi kunci utama bagi meningkatnya perbankan syariah kedepan, sehingga, perbankan syariah menjadi alternatif  transaksi bagi masyarakat,”tandasnya. [Ibn Ghifarie, Harry, Wawan Kurniawan]

 

 

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *