Politik Jerman: Siapa Pengganti Merkel

(UINSGD.AC.ID)-Tahun ini adalah tahun politik. Bagi Jerman, negara di Eropa sana. Akan ada beberapa pemilu lokal. Dimulai Maret ini. Puncaknya pemilihan Kanselir, 26 September 2021. Para pemerhati politik Jerman. Negaranya Franz Beckenbauer itu, pasti tertuju pada satu sosok. Yang sekarang jadi Kanselir. Siapa lagi kalau bukan Angela Merkel.

Merkel begitu fenomenal. Sudah empat periode jadi kanselir. Sejak 2005. Ia dianggap berhasil dalam banyak hal. Menyelesaikan krisis pengungsi. Menghalau ancaman populisme di Eropa. Berani menantang Presiden Donald Trump. Juga Vladimir Putin. Merkel pernah mengkritik aneksasi yang dilakukan Rusia. Atas Crimea tahun 2014. Yang membuat Uni Eropa, menjatuhkan sangsi bagi Moskow.

Sukses membawa Jerman. Dari sebutan “sick man of Europe” menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi terbaik keempat di dunia. Bagi Binoy Kampmark, Markel mewariskan legasi. Bagi Jerman dan Eropa ketika nanti turun tahta. Dengan brand dirinya, Merkelism. Sebuah pendekatan politik pragmatis: Yang mensinergikan aliansi, mengeliminasi rivalitas. Pro-Europeanism. Percaya akan kerjasama transatlantic. Itulah kata Kampmark, dosen di RMIT Australia.

Akhir 2018. Merkel sudah mengumumkan. Tidak akan maju lagi untuk periode kelimanya. Ia juga berkata akan mengundurkan diri. Dari ketua partai Christian Democratic Union (CDU). Partai yang membesarkannya. Yang mengantarnya menjadi kanselir.

CDU adalah partai penguasa sekarang. Meskipun berkoalisi dengan beberapa partai lainnya. termasuk dengan Christian Social Union (CSU). CDU partai berpengalaman. Didirikan tahun 1945. Oleh beberapa politisi. Dengan latar belakang variatif. Ada kelompok protestan liberal, juga konservatif. Ada para buruh dan intelektual. Serta beberapa kelompok kelas menengah Jerman, ketika itu. Yang memutuskan aktif berdemokrasi. Untuk mencegah lahirnya kembali Fasisme.

Partai ini sekarang mendukung ekonomi pasar bebas. Juga program kesejahteraan sosial. Tetapi sangat konservatif. Dalam isu-isu sosial. Sangat mendukung integrasi Eropa.

Merkel adalah sosok yang kuat di CDU. Tapi sudah memutuskan. Tidak akan maju lagi jadi ketua. Juga enggan jadi kanselir. Maka pertengahan Januari lalu. CDU sudah melakukan pemilihan ketua partai. Sebagai persiapan pemilu lokal dan nasional.

Terpilihlah Armin Laschet. Mengalahkan rival terkuatnya Friedrich Merz. Dengan suara 521 untuk Laschet. 466 bagi Merz. Laschet, yang juga gubernur North Rhine. Dianggap sosok yang paling pas. Menggantikan Merkel di CDU. Ia dianggap tokoh CDU yang ada di tengah. Bisa menyatukan pendukung CDU. Yang konservatif dan pro-bisnis. Juga anggota-anggota CDU yang sangat pro-lingkungan hidup. Bahkan dipandang sebagai kandidat terbaik. Untuk melanjutkan pendekatan pragmatic politik Merkel.

Benarkah karena terpilih menjadi ketua CDU. Laschet juga akan menggantikan Merkel jadi kanselir Jerman?. Belum tentu. Selain harus bersaing dengan tokoh internal. Dari partai koalisi yaitu CSU dan SPD, Laschet juga harus bersaing dengan calon lain dari partai oposisi. Left Party dan koalisi Green Party.

Tantangan terberatnya dari mitra koalisi CSU. CDU dan CSU akan duduk bareng. Siapa yang akan mereka usung untuk calon kanselir. Menggantikan Merkel. Apakah Laschet ketua CDU. Atau Markus Soeder ketua CSU. Yang juga gubernur negara bagian Bavaria. Yang cukup popular di masa pandemic.

Bahkan survey terbaru. Yang dilakukan oleh Lembaga Civey menunjukkan. 43% orang Jerman lebih memilih Soeder. Untuk menggantikan Merkel. Laschet hanya didukung oleh 12%. Beda sedikit dengan suara yang didapat Menkes Jens Spahn, 8,7%.

Karenanya, dua tiga bulan ke depan. Adalah kerja berat bagi Laschet. Sang nakhoda CDU baru. Ia harus membuktikan. Populer diakar rumput. Harus memenangkan beberapa Pilkada di Jerman. Yang akan berlangsung mulai maret ini. Beberapa bulan ke depan adalah “uphill battel” bagi Lanchet. Untuk membuktikan kepemimpinannya, kata Mujtaba Rahman. Direktur kelompok kajian Eurasia.

Kita tunggu saja, siapakah yang akan dicalonkan koalisi CDU-CSU. Lanchet atau Soeder. Untuk menggantikan Merkel. Kuncinya, kata Jana Puglierin dari European Council on Foreign Relations (ECFR) ada pada prestasi pilkada. Jika CDU berprestasi bagus pada Pilkada, dan Lanchet mampu menyatukan anggota CDU, maka ia yang akan dimajukan untuk calon kanselir. Tapi jika di Pilkada saja CDU kalah, maka koalisi ini akan memajukan Soeder sebagai calon pengganti Merkel.Masih ada waktu. Bagi para kandidat. Sampai September 2021. Untuk menunjukkan bukti. Juga prestasi Pada Pilkada Jerman.

Bagaimana dengan di negeri kita. Haruskah persaingan itu. Di mulai dari sekarang. Belanda masih jauh. Kata seorang pengamat. Jika di Jerman kandidat-kandidat itu. Akan bersaing di Pilkada. Di kita aromanya sudah terlihat. Bersaing di revisi undang-undang. Tentang Pilkada serentak. Apakah ada pilkada dulu. Di 2022 dan 2023. Menjelang Pilpres 2024. Atau serentak di 2024. Jika di Jerman pemenang Pilkada. Akan menentukan siapa calon kanselir berikutnya. Di kita siapa yang memenangkan persaingan. Yang pro-revisi atau tidak revisi. Undang-undang Pilkada serentak. Akan menentukan, siapa yang akan menjadi kampium. Di pilpres 2024. Kita lihat saja.***

Prof. Ahmad Ali Nurdin MA., P.hD., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *