Jenis makanan yang kita konsumsi akan menentukan bugar tidaknya tubuh yang kita miliki. Pun, kebiasaan dan pola makan yang setiap hari kita lakukan akan berdampak pada gerak juga energi terutama dalam merespon sesuatu yang menimpa tubuh kita.
Mengkonsumi makanan yang baik, sehat dan terpilih akan berdampak positif pada tubuh. Tubuh tak mudah lunglai. Tubuh tak gampang rentan atau bahkan menjadi sarang penyakit. Gerak tubuh bahkan pikiran dipastikan gesit dalam merespon apapun.
Gambaran pola makan, sejatinya menjadi perumpaan mendasar tentang mekanisme kehidupan yang dialami manusia, seluruhnya. Tindakan dan pola gerak sebagai output selalu bermula dari makanan yang masuk (input). Tak ada out put tanpa input. Input yang berkualitas dan bergizi tidak hanya menentukan output ansich tapi juga berimplikasi besar pada outcome yang dihasilkan. Outcome adalah hasil dari proses tempaan yang memungkinkan hadirnya impact dan benefits.
Begitulah.
UIN SGD adalah organisme hidup yang membutuhkan asupan calon mahasiswa yang berkualitas. “Sehat tidaknya” asupan calon mahasiswa akan menentukan sehat tidaknya UIN sebagai organisme lembaga. Terpilih tidaknya calon mahasiswa akan berdampak pada performa lembaga.
Dalam proses penerimaan mahasiswa, input menjadi hal yang sangat mendasar. Ia tidak bisa dilakukan tanpa pola dan sistem perencanaan yang matang. Input seumpama menjadi gerbang awal dalam upaya mengolah proses belajar mengajar sehingga menghasilkan sosok mahasiswa yang berbeda dari sebelumnya. Proses penerimaan dan kualitas mahasiswa yang diterima menjadi modal awal untuk melahirkan manusia baru.
Lalu, untuk mendapatkan “bahan dasar” mahasiswa yang berkualitas juga mesti dilakukan melalui mekanisme yang jelas dan berkualitas. Berdiam diri mengamini sikap jabariyah, dengan anggapan bahwa calon mahasiswa akan datang sendiri adalah sikap yang keliru. Calon mahasiswa harus dirayu dan dijemput seumpama siasat menjemput bola.
Strategi menjemput bola inilah sosialisasi. Sosialisasi adalah siasat mematut-matutkan diri dihadapan publik supaya mereka tertarik lalu jatuh hati dan kemudian membulatkan pilihannya untuk masuk ke lembaga yang kita punya. Mematut-matutkan diri dalam kerangka ini adalah menawarkan kemampuan, kualitas dan sumber daya yang kita punya sebagai modal bahwa kita siap menempa dan membina mereka.
Mematut-matutkan diri juga adalah menyiapkan seluruh daya, perangkat dan ihwal apapun yang berkaitan dengan proses penerimaan mahasiswa itu sehingga calon mahasiswa merasa dimudahkan dan diistimewakan sebagai tamu yang dinanti kehadirannya. Menyongsong penerimahaan mahasiswa baru tahun 2020 mari kita bergegas melengkapi apa yang nampak kurang dan menyempurnakan cacat yang masih ada.Allahu a’lam[]
Bandung, 8 November 2019.
Dr. Radea Juli A. Hambali, M.Hum, Wakil Dekan I Fakultas Ushuluddin UIN SGD Bandung.