Peserta KKN UIN SGD Bandung Belajar Ibing Pencak Silat

MAHASISWA KKN Sisdamas UIN Sunan Gunung Djati  Kelompok 347 dengan dosen pembimbing lapangan, Dr. H. Tatang Ibrahim, M.Pd. mulai melebur diri dengan masyarakat Desa Girimekar, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. Mereka tidak hanya ikut memberdayakan masyarakat dan memberikan penyuluhan tentang berbagai hal kepada masyarakat sesuai program studi masing-masing melainkan menerima pengetahuan pula tentang budaya.

“Salah satunya yakni pencak silat. Di sela-sela waktu senggang, mahasiswa kami mengikuti latihan pencak silat dari Perkumpulan Pencak Silat Gagak Lumayung di Kampung Legokhayam, RT 02/RW 09, Desa Girimekar, Kecamatan Cilengkrang pimpinan Bapak Candra,” jelas Tatang, di sela-sela pendampingan, di Giri Mekar, Selasa (13/08/2019)

Tatang menilai, mahasiswa bimbigannya dapat menyelesaikan tugas pokok KKN Sisdamas 2019 dengan baik dan juga  mampu bermasyarakat dengan baik pula.

“Mereka mengikuti latihan pencak silat ini sebagai bukti nyata bahwa mereka mampu bersatu dengan masyarakat. Tujuan KKN Sisdamas ini, selain memberdayakan potensi masyarakat juga memaksimalkan kemampuan adaptasi dari para mahasiswa sebagai bekal mereka nanti hidup di masyarakat,” kata Tatang.

Diakui Tatang, di Kampus UIN SGD Bandung pun ada perkumpulan pencak silat yang diikuti oleh mahasiswa, yakni Taji Malela. Bahkan pada ajang Pekan Ilmiah Olahraga, Seni, dan Riset (Pionir) PTKIN se- Indonesia pun pencak silat dipertandingkan.

“UIN pun mengirimkan kontingen. Nah, yang diikuti oleh mahasiswa KKN ini lebih menekankan pada nilai seninya, bukan pada bela dirinya.  Saya sangat bangga karena mengikuti latihan pencak silat sama dengan melestarikan budaya bangsa,” ujar Tatang.

Seni yang dipelajarinya, menurut Tatang, yakni seni ibingnya karena kalau mempelajari ilmu bela dirinya membutuhkan waktu yang cukup panjang dan harus berkelanjutan. Salah satu peserta KKN yang sangat antusias mempelajari seni ibing Pencak Silat yakni Alfondra Gustian, mahasiswa Prodi Manajemen Pendidikan Islam (MPI) semester VI.

“Saya merasa senang belajar ibing pencak silat di sini, selain membuat badan sehat, seni ibing pencak silat mempunyai keunikan tersendiri. Ketukan kendangnya yang khas membuat penari dan penontonnya bisa larut ikut,”  kata Alfonda.

Sementara Ketua RT 02/RW 09, Kampung Legokhayam, Ujang Lili,  mengaku  bangga seni pencak silat yang berada di lingkungannya bisa memberikan nilai seni kepada warganya, termasuk kepada para mahasiswa KKN UIN Bandung yang lebih paham tentang masalah agama.

“Saya menyambut gembira semangat peserta KKN untuk mempelajari seni ibing Pencak Silat. Syukur kalaiu memang bisa ditularkan kepada mahasiswa lainnya di kampur, sehingga budaya Sunda ini tetap menyebar,” katanya.

Sumber, Galamedia News 13 Agustus 2019

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *