Perkuat Rekognisi Internasional, Rektor UIN Bandung Kirim Salah Satu Guru Besarnya ke China

UINSGD.AC.ID (Humas) — Dalam rangka memperkuat rekognisi Internasional, Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof. Dr. H. Rosihon Anwar, M.Ag., menugaskan salah satu guru besarnya Prof. Dr. Nurrohman Syarif, MA untuk hadir pada konferensi Internasional yang bertema: “Human Civilization and Common Values in 21st Century.”

Konferensi internasional yang diselenggarakan atas kerjasama, The Council for Research in Values and Philosophy (RVP), Washington DC dan Shandong University di Jinan, P. R. China pada 29-30 Juni 2024.

Prof Nurrohman menyampaikan papernya yang berjudul: Common Values and Human Civilizations; Philosophy of Sharia for the 21st Century.

Dalam pemaparannya, Prof Nurrohman menjelaskan peradaban abad ke-21 berada pada titik kritis yang memerlukan perubahan drastis dalam eksistensi masyarakat manusia. Untuk itu diperlukan arah baru dalam kajian masyarakat dan manusia di dalamnya.

Titik kritis ini juga dialami oleh komunitas Muslim, yang populasinya saat ini berjumlah sekitar 1/4 atau 25 % dari populasi seluruh umat manusia di dunia. “Konflik dan peperangan tidak hanya terjadi antara masyarakat Muslim dan non-Muslim, namun juga antar sesama umat Islam karena perbedaan teologi yang bercampur dengan perbedaan ideologi politik atau ekonomi,” tegasnya, Kamis (18/7/2024).

Secara global, apa yang disebut dengan benturan peradaban bukan sekedar wacana melainkan sudah dipraktikkan melalui serangan 11 September.

Meskipun konflik atau perang pada umumnya tidak dapat dipisahkan dari wacana untuk mencapai keadilan, kebenaran dan kesejahteraan, namun sebenarnya tidak dapat dipisahkan dari sistem kepercayaan yang dianut oleh masing-masing pihak. Oleh karena itu, nilai-nilai bersama dalam peradaban umat manusia perlu dibentuk kembali secara bersama-sama.

Dialog dan kerja sama tidak hanya perlu terus dilakukan antar sesama umat Islam, namun juga antara umat Islam dan non-Muslim, khususnya guna menemukan kembali kebenaran, keadilan, dan kesejahteraan yang dapat dinikmati bersama tanpa harus mengorbankan identitas budaya masing-masing. “Tanpa upaya bersama yang dilandasi saling pengertian, krisis peradaban yang mengancam eksistensi umat manusia akan sulit dihindari,” jelasnya.

Syariah atau hukum Islam bagi umat Islam merupakan inti ajaran Islam, merupakan pedoman hidup mereka. Oleh karena itu, mustahil memahami perilaku masyarakat Islam jika pemahamannya terhadap syariah tidak dipahami. Pembaharuan atau penemuan kembali filsafat hukum Islam yang dapat dijadikan nilai-nilai dasar umat Islam dalam melakukan reformasi atau penyesuaian hukum Islam dalam menghadapi krisis peradaban abad kedua puluh satu sangat diperlukan. Sehingga nilai-nilai kebersamaan serta peradaban umat manusia dapat dibangun bersama melalui semangat inklusivitas.

Kajian ini menemukan bahwa secara filosofis, tujuan syariah adalah mendatangkan keberkahan bagi alam semesta dengan melindungi kehidupan, kehormatan atau martabat manusia, akal, harta benda, keluarga dan kepercayaan (agama). “Semua itu dilakukan dengan semangat keadilan, kemaslahatan umum, kebijaksanaan dan cinta kasih terhadap seluruh alam semesta,” pungkasnya.

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *