(UINSGD.AC.ID)-Mendukung peranan pemerintah Indonesia dalam hubungan internasional sebagai pemegang Presidensi Group of Twenty (G20), Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Sunan Gunung Djati Bandung gelar seminar nasional dengan tema “Recover Together, Recover Stronger: Semangat Baru Dalam Menghadapi Tantangan Ekonomi Global Menuju Indonesia Maju” bersama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Syariah Indonesia (BSI) yang berlangsung di Aula Lantai 4 Gedung FEBI, Selasa (22/11/2022)
Seminar nasional ini menghadirkan pemateri, Deputi Direktur Lembaga Jasa Keuangan Kantor Regional 2 Jawa Barat OJK, Lucky N. Suradiraja dan Branch Manager Bank Syariah Indonesia Cabang Antapani Bandung, Adi Santika yang dipandu oleh Dr. Lilis Sulastri Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah Kota Bandung sekaligus Sekretaris Jurusan Manajemen.
Seminar ini diadakan sebagai respon atas presidensi G20 yang mengusung tema “Recover Together, Recover Stronger”. Untuk mencapai target tema tersebut, Presidensi Indonesia fokus pada tiga sektor prioritas yang dinilai menjadi kunci bagi pemulihan yang kuat dan berkelanjutan, yaitu: (1) Penguatan arsitektur kesehatan global; (2) Transformasi Digital; dan (3) Transisi Energi.
Ketua Pelaksana Seminar Nasional, Dr. Deni Kamaludin Yusup, M.Ag dalam sambutannya mengatakan bahwa pelaksanaan kegiatan ini bersamaan dengan hari ulang tahun OJK yang ke-11 tahun, tepatnya pada 22 November 2022.
“Saya mengucapkan terimakasih atas kehadiran OJK di sini, Ini merupakan salah satu bentuk kontribusi OJK untuk memajukan ekonomi syariah di Indonesia. Saya harap seminar ini memperkuat kemitraan dan kerjasama perguruan tinggi dengan lembaga mitra kampus dalam kesempakatan kali ini OJK dan BSI agar lebih berperan dalam pembangunan ekonomi nasional di era global,” jelasnya.
Dekan FEBI, Dr. Dudang Gojali, M.Ag dalam sambutannya menyampaikan bahwa lahirnya FEBI ini merupakan respon perguruan tinggi untuk berkontribusi menjawab semua masalah dan tantangan ekonomi bangsa, khususnya ekonomi syariah. Selain itu, seminar ini dapat menjadi upaya untuk membentuk profil lulusan menjadi penggiat ilmu, dan penggerak pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Dr. Dudang Gojali mengatakan melalui seminar ini dapat memberikan pencerahan problem dikotomi keilmuan untuk untuk lebih berpikir terbuka, terkait masalah dikotomi keilmuan untuk mengisi ruang-ruang berpikir yang sempit tentang ekonomi syariah untuk mengisi ruang-ruang berpikir yang sempit terkait ilmu ekonomi syariah menjadi lebih terbuka untuk menjawab semua tantangan diera diglobal.
“Saya harap, kerja sama dengan pihak OJK dan BSI semakin erat dalam rangka meningkatkan kualitas mutu akademik lulusan fakultas ekonomi dan bisnis UIN Sunan Gunung Djati Bandung,” tuturnya.
Deputi Direktur Lembaga Jasa Keuangan Kantor Regional 2 Jawa Barat OJK, Lucky N. Suradiraja, menyampaikan materinya bahwa OJK akan mengambil langkah-langkah proaktif untuk memastikan terjaganya Stabilitas Sistem Keuangan (SKK) sebagai upaya memitigasi downside risk tersebut diantaranya; OJK mendukung keberlanjutan pemulihan ekonomi dalam rangka mengatasi scarring effect yang ditimbulkan akibat pandemi serta menjaga kinerja fungsi intermediasi; OJK juga akan tetap mengambil kebijakan agar fungsi intermediasi Lembaga Jasa Keuangan (LJK) tetap dapat memberikan dukungan pada berbagai sektor ekonomi yang dinilai memiliki prospek yang menjanjikan dan multiplier effect yang tinggi.
Untuk menjaga ketahanan LJK, OJK akan melakukan beberapa cara yaitu; (1) meminta LJK untuk memperkuat permodalan dan meningkatkan Cadangan Kerugian Penurunan NIlai (CKPN); (2) mendorong perusahaan pembiayaan agar mendiversifikasi sumber pendanaan; (3) mendorong bank umum untuk melakukan pemenuhan modal intii; (4) meminta industri perbankan dan industri asuransi untuk menerapkan prinsip kehati-hatian; (5) melakukan penguatan industri asuransi; dan (6) memperkuat kerangka pengaturan terkait mekanisme permohonan kepailitan dan PKPU.
Materi selanjutnya, Branch Manager Bank Syariah Indonesia Cabang Antapani Bandung, Adi Santika menyampaikan sub tema “Peluang dan Tantangan Pengembangan Inklusi Keuangan dan Bisnis Syariah di Tengah Ancaman Resesi Global”.
Dalam pemaparannya disebutkan kebutuhan inklusi keuangan syariah saat ini adalah kebutuhan layanan keuangan yang tepat, sehat dan bermanfaat dan hijrah finansial. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut terdapat tantangan yang berupa akses layanan keuangan syariah terbatas dan layanan keuangan non formal yang memberatkan.
Maka, menurut pemaparan Adi Santika solusi yang dibisa diberikan berupa layanan keuangan berbasis komunitas dan keagenan berbagai layanan keuangan syariah. “Dengan terwujudnya kebutuhan inklusi keuangan syariah tersebut diharapkan dapat kepada masyarakat berupa sesuai dengan kebutuhan dan berkah, lokasi dekat, waktu pelayanan fleksibel, manajemen risiko pada LKS, dan penghasilan tambahan,” pungkasnya.