Peremajaan Organisasi Kemahasiswaan

[www.uinsgd.ac.id] Setelah lama vakum sejak kepemimpinan M Jatnika Sadili pada periode tahun 2010-2011, Dewan Mahasiswa (Dema) akhirnya menggelar Kongres Mahasiswa UIN SGD Bandung untuk menentukan arah organisasi tersebut. Hal tersebut tercermin dari tema “Rejuvenasi Peran & Fungsi  Organisasi Kemahasiswaan Guna Terwujudnya Organisasi yang Populis” yang juga dibahas oleh Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Prof. Dr. H. Muhammad Ali Ramdhani, S.TP, MT. di Aula Aljamiah, Rabu (19/06).

Mohamad Ramdhan, Ketua Pelaksana Kongres menuturkan bahwa mempersiapkan kongres sangatlah tidak mudah, banyak dinamikanya. “Saat saya terpilih menjadi ketua pelaksana sekitar 4-5 bulan yang lalu, seolah tidak ada kepastian yang jelas tentang kongres sehingga saya pun menjadi resah, kata anak sekarang mah istilahnya galau, saya merasa pesimis, tapi alhamdulillah bisa bangkit dan terlaksana Kongres Mahasiswa,” paparnya.

Mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI) ini berpesan kepada teman-temannya yang menjadi peserta ataupun panitia agar jangan pernah melihatriak-riak di belakang ataupun di luar.”Kita fokus saja untuk kongres. Saya yakin kawan-kawan yang berada di sini memiliki niatan yang baik, yakini apa yang kita lakukan hari ini akan sampai pada tujuan,” pesannya.

Sementara itu Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan mengatakan bahwa kongres adalah salah satu wahana tingkat tinggi di tingkat tata kelola mahasiswa Bandung yang akan melahirkan keputusan. “Kongres ini penuh dengan dinamika, tapi harus tetap dalam lajurnya,” ungkapnya.

“Jika kita tamsilkan, kongres ini diibaratkan dengan batu mulia yang ada di jalanan, jika kita tidak bisa mengasahnya menjadi tidak bernilai, tetapi jika diasah maka akan memiliki nilai jual tinggi,”tambahnya.

Dalam kesempatan tersebut, ia menyampaikan bahwa Kongres, mukhtamar, atau nama sejenisnya dalam konteks formal memiliki agenda sebagai berikut: “Pertama,  tanggung jawa dari penanggung jawab sebelumnnya, tapi karena sudah lulus gak usah dipermasalahkan dan ditanya lagi, saya sendiri sudah mendemisionerkannya. Kedua,  pengulasan hal-hal yang terkait dengan pondamen organisasi. Dengan tema “Rejuvenasi Peran & Fungsi  Organisasi Kemahasiswaan Guna Terwujudnya Organisasi yang Populis”, Kongres hendak melakukan peremanjaan atau penataan ulang organisasi yang sudah tua. Sementara populis artinya popularitas yang tentunya harus tetap sesuai dengan norma-norma,”jelasnya.

Ia mempersilahkan kepada peserta untuk mengkritisi Pedoman Organisasi Kemahasiswaan (POKI).”Tidak dilarang untuk mengkritisi segala kebijakan yang ada di POKI. Kalo POKI tidak memenuhi kebutuhan maka bisa dikritisi dan direkomendasikan,” sambungnya.

“Agenda penting lainnya dalam sebuah kongres adalah tata cara pemilihan pemimpin. Ada satu ilmu yang tak pernah usang, yaitu ilmu kebaikan. Saya ingin menyampaikan bahwa kebaikan itu indah. Maka bagaimana kita mendapatkan hal yang baik tapi dengan jalan yang baik pula agar menghasilkan kebaikan. Kebaikan itu dalam konteks kehidupan dalam dicapai melalui rasionalitas, intuitif emosional dan political behavior atau diterima oleh mayoritas,” pesannya.

Ia berpesan untuk meniatkan dalam melakukan kebatikan tersebut dalam kongres yang akan berlangsung. “Walaupun tidak bisa menyenangkan semua orang, tetapi niatkan agar tidak ada orang yang tersakiti. Mudah-mudahan agar bisa mewujudkan jargon dan fundamen di UIN ini,” harapnya.

Akhirnya Guru Besar Fakutlas Saintek itu membuka secara resmi Kongres Mahasiswa. Selamat ***[Dudi, Ibn Ghifarie]

 

 

 

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *