Permasalahan pendidikan di Nusantara dapat dilihat dari fakta perolehan ranking hasil survei PISA sejak tahun 2000-2018 yang menunjukkan bangsa Indonesia masih berada di urutan bawah.
Pernyataan itu disampaikan oleh Dr. rer. nat. Ahmad Muzakir, M.Si, Lektor Kepala di Departemen Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dalam acara Workshop Pedagogik yang diselenggarakan oleh Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UIN Sunan Gunung Djati Bandung bertajuk “Penyusunan Rencana Pembelajaran Semester” melalui telekonferensi aplikasi zoom dan disiarkan secara langsung pada kanal Youtube, Selasa (28/07/2020).
“Berbeda dengan negara-negara lain yang mengikuti survey yang sama sejak tahun 2000, dan kini berada di urutan atas.Mengingat tantangan pendidikan yang ada saat ini, yaitu era disrupsi teknologi industri 4.0 sangat kompleks,” tegasnya.
Menurutnya, dalam mengembangkan RPS, selain konten materi, terdapat 3 hal lain yang harus diperhatikan, yaitu: Literasi Data, Literasi Teknologi, dan Literasi Manusia. Setelah memahami tiga hal ini, pembuatan RPS dapat dilakukan melalui proses penyusunan Learning Outcomes terlebih dahulu.
Model Learning Objective yang ditawarkan Dr. Ahmad Mudzakir mengacu pada buku A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing, A Revision of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives. Pada model Learning Objective ini terdapat dua dimensi, yaitu: Dimensi proses kognitif, dan Dimensi pengetahuan. Pada dimensi pengetahuan terdapat pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, pengetahuan metakognitif.
Ia memaparkan pandangan lain menurut Gagne, et al secara detail. Contoh Learning Outcomes pada mata kuliah Kimia dipaparkan oleh pemateri sesuai dengan bidang keahliannya. “Tahapan perancangan pembelajaran juga turut disampaikan secara detail dengan bahasa yang mudah dipahami. Hal ini sangat memudahkan peserta dalam memahami materi secara praktikal,” jelasnya.
Berkenaan dengan masa pandemik ini, Dr. Muzakir menyampaikan, penyusunan RPS laring dan daring tidak berbeda secara signifikan. “Penekanan paling penting adalah komunikasi dengan mahasiswa. Sebagai salah satu tips, penilaian dalam pembelajaran daring dapat dilakukan melalui aplikasi online maupun melalui project yang dilaporkan dengan membuat portfolio,” paparnya.
Sebanyak 175 orang peserta bergabung dalam acara workshop hari kedua, yang dipandu oleh Vina Amalia, S.Pd., M.Si, dosen Jurusan/Prodi Kimia dan dibuka oleh Wakil Dekan 1 Bidang Akademik FST UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Dr. Yudha Satya Perkasa, M.Si.
Dalam sambutannya Wadek I FST menyampaikan terima kasih kepada para peserta yang masih antusias untuk mengikuti acara di hari ke-2 ini. “RPS adalah sesuatu yang penting dalam kurikulum kampus merdeka sesuai dengan arahan Medikbud yang harus terimplementasi dalam waktu dekat dalam kerangka meningkatkan kualitas, mutu pendidikan di Indonesia,” ujarnya.
Dr. Yudha menegaskan penguatan RPS utamanya di capaian pembelajaran yaitu profil lulusan. “Saya berharap semoga materi pada hari ini dapat menjadi manfaat bagi para peserta, lembaga, dan institusi bagi perkembangan dunia pendidikan,” optimisnya.
Acara workshop hari kedua yang dilakukan selama 60 menit ditutup dengan tanya jawab bersama peserta workshop. “Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan yang ditanyakan. Pada akhir acara, peserta mengisi post-test dan take home test sebagai bentuk evaluasi,” pungkasnya.