Pemuda Inspiratif di Young Leader Talk

[www.uinsgd.ac.id] Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Jurnalistik menggelar Young Leader Talk 8 bekerja sama dengan Forum Indonesia Muda (FIM) Bandung. Acara yang bertajuk ‘Resolusi Dalam Harmoni’ itu menghadirkan sembilan pemuda inspiratif di Bandung. 70 peserta dari berbagai kampus menghadiri talk show yang bertempat di Aula Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN SGD Bandung.

“Tujuannya untuk menginisiasi para pemuda dengan menghadirkan tokoh-tokoh inspiratif yang berprestasi dan melakukan perubahan sesuai dengan konsep Young Leader Talk,” kata Ade Lukman Nulhakim selaku ketua pelaksana, Selasa (2/12/2014).

Dari 9 pembicara yang hadir terbagi menjadi 3 sesi dengan tema yang berbeda. Disesi pertama yaitu Dengan Resolusi Mari Kolaborasi diisi oleh Septian Firmansyah founder dari Synersia Foundation dan Ibrahim Imaduddin Islam koordinator Kelas Inspirasi Bandung.
Sesi kedua yang mengangkat tema berkarya lewat passion menghadirkan dua penulis dan tiga pendiri komunitas.

Novelis Dion Sagirang dan pelaku disain sekaligus penulis buku Hujan Matahari, Kurniawan Gunadi menjadi pembicara di sesi tersebut. Dua pembicara tersebut menceritakan pengalamannya menjadi penulis.

Sementara itu, tiga pembicara yang merupakan founder dari komunitas yang dibuatnya menjelaskan suka duka membangun sebuah komunitas. Melalui komunitas KITA Indonesia, Rizqi Isman Kusumah mengajak anak muda untuk tidak hanya berwacana dalam melakukan perubahan.

Dharma Anjarahman dengan komunitas Pemuda Anti Korupsi (Pemantik) mengajak anak muda untuk melawan tindak korupsi. Selain itu, ia juga mengajak para pengguna kendaraan bermotor untuk beralih ke sepeda melalui komunitas Arisan Sepeda. Sementara Djuli Pamungkas mendirikan komunitas Photo’s Speak karena hobi fotografi bersama teman-temannya.

Pada sesi ketiga, yang bertajuk Resolusi Untuk Revolusi Diri menghadirkan dua tokoh inspiratif lainnya yang mampu bangkit dari keterpurukan. Adalah Noor Al Kautsar atau Ucay mantan vocalist Rocket Rockers yang memutuskan keluar dari band yang telah didirikannya selama 10 tahun. Ia berani mengambil keputusan yang dianggap tidak wajar hanya demi mencari ketenangan diri. Namun, ia bisa bangkit dari keterpurukan akibat pilihannya itu.

Lain halnya dengan Dimas Prasetyo Muharram. Seorang difabel yang sukses mendirikan komunitas Kartunet. Komunitas ini bertujuan untuk mengubah paradigma para tuna netra untuk tidak putus asa. [Anisyah A.F, Adi Permana/Suaka]

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *