Pementasan Lakon “Kapai-Kapai” Curi Perhatian Milenial UIN Bandung

Dalam rangka kegiatan tahunan, komunitas Eltra Theater jurusan Bahasa dan Sastra Inggris bekerjasama dengan HMJ dan Teater Awal menggelar pementasan lakon “Kapai-Kapai” karya Arifin C Noer. Dan pementasan ini mendapat antusiasme yang luar biasa dari kaum milenial UIN Bandung, ratusan penonton membeludag memadati Gedung Abdjan Soelaeman UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Rabu (11/12/19) malam.

Shofi Fauziah Ramdhani selaku sekretaris HMJ jurusan Bahasa dan Sastra Inggris bersyukur karena adanya apresiasi dan antusiasme dari para penonton yang luar biasa.

“Alhamdulilllah luar biasa melihat antusias dari masyarakat dari Bahasa dan Sastra Inggris sendiri, banyak peminatnya, banyak penontonnya, terus antusias dari para pemainnya juga,” tutur Shofi kepada dejabar.id saat ditemui di lokasi pementasan.

Shofi sendiri berharap agar komunitas Eltra Theater bersama HMJ dan jurusan Bahasa dan Sastra Inggris selalu bekerjasama dan bersinergi kedepannya sehingga kegiatan tahunan ini bisa terus diselenggarakan.

“Acara ini mudah mudahan terjadi setiap tahunnya, komunitas Eltra Theater dan jurusan Bahasa dan Sastra Inggris sendiri semoga bisa terua bersinergi bersama, baik dari Eltra Theater nya lali ke HMJ dan masyarakat Bahasa dan Sastra Inggris itu sendiri,” ungkap Shofi.

Najwa, salah satu penonton mengaku terhibur akan adanya pementasan teater karena ada tarian, musik dan ceritanya yang menggugah.

“Aku seneng bisa nonton teater malam ini, ternyata seru juga ya, banyak pengalaman yang mengasyikan, ada musik, tarian dan ceritanya cukup menyentuh,” kata Najwa.

Selain itu, menurut Lili Awaludin selaku pembina Eltra Theater sekaligus Dosen jurusan Bahasa dan Sastra Inggris mengatakan, dulu teater itu menjadi hiburan utama dan sekarang menjadi tontonan alternatif. Dan menurutnya, teater bisa menyajikan sisi hidup yang tidak melulu hitam putih.

Teater menjadi tontonan alternatif, teater bisa ngasih hiburan sekaligus cermin bahwa hidup itu tidak hitam putih tapi abu-abu. Nah lakon Kapai-Kapai tadi meski ceritanya kadang-kadang sulit dipahami, menteror tapi tetap menghibur,” jelasnya.

Lili Awaludin atau biasa dipanggil Awang sebagai perwakilan dari Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris berharap, kedepannya teater di jurusan Bahasa dan Sastra Inggris selalu tetap ada meski tak harus banyak yang bermain.

“Harapannya tidak muluk-muluk, teater di Bahasa dan Sastra Inggris tidak perlu jadi raja teater, yang penting ada yang menyukai teater meski hanya sepuluh orang misalnya, ya berharap tetap ada lah yang main, gitu aja sih,” cetusnya.

Sementara, menurut Yayan Katho selaku sutradara, pementasan teater memang selalu menarik untuk disaksikan karena bicara mengenai peristiwa-peristiwa dan berbicara hal-hal yang prinsip dalam hidup.

“Teater bagi saya selalu tetap menarik, tetap asyik untuk disimak, apapun bentuknya, apapun naskahnya, apapun temanya karena ada peristiwa peristiwa, ngobrolin kemanusiaan, ngobrolin yang prinsip tentang hidup,” paparnya.

Mengenai naskah lakon Kapai-Kapai karya Arifin C Noer ini adalah salah satu naskah lama yang ditulis pada tahun 1970an yang mengangkat tema tentang kemiskinan, kebodohan dan ketertindasan masyarakat kecil.

“Dalam lakon yang ditulis sekitar 1970an ini, Arifin sudah ngobrolin tentang kemiskinan masyarakat, ketertekanan masyarakat oleh pengusaha-pengusaha besar, pabrik dan cukong, industrialis dan kapitalis di negeri ini,” terang Yayan.

Untuk perisapan pementasannya sendiri, menurut Yayan cukup memakan waktu lama karena para pemain harus membagi waktunya antara kuliah dan latihan.

“Iya waktu persiapannya cukup lama sekitar enam bulan, karena mereka harus mengatur jadwal antara kuliah dan latihan, mereka menggunakan sisa waktu kuliahnya untuk latihan,” pungkasnya. (Red)


Sumber, Dejabar Kamis 14 Desember 2019

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *