Optimalisasi Kesabaran

Sebagai umat Islam, kita harus senantiasa men jaga dan meningkatkan keimanan. Salah satunya adalah dengan memelihara dan mengoptimalkan kesabaran. Dalam Alquran, Allah menegaskan, kesabaran akan senantiasa menolong dan menjadi solusi atas berbagai persoalan. Bahkan, Allah senantiasa bersama orang-orang yang sabar. (QS al-Anfal [8]: 66).

Ayat di atas mengindikasikan bagaimana kesabaran harus dimaknai sebagai sebuah proses aktif menanggulangi permasalahan yang menimpa.

Dalam perspektif Islam, musibah diinisiasi oleh dua hal.Pertama, musibah muncul akibat kesalahan manusia pada Allah. Musibah seperti ini dimaknai sebagai teguran Allah. Kedua, musibah lahir karena kita tengah menghadapi ujian. Tujuannya, untuk menaikkan derajat keimanan.

Kesabaran yang ditopang oleh semangat keimanan, niscaya akan mampu meminimalkan tindakan destruktif. Hazrat Inayat Khan mengatakan, kenikmatan dan kenyamanan hidup dapat menghalangi munculnya inspirasi dan ilham.

Sebaliknya, rintangan dan cobaan (musibah) justru dapat membantu setiap orang memunculkan solusi.Pun begitu dengan cobaan yang kita hadapi saat ini. Baik itu soal kemiskinan, merebak nya kasus korupsi, maupun bencana kemanusiaan.

Ketika semua itu menimpa kita, pen ting dihadapi dengan kesabar an. Makna kesabaran, tidak ha nya pasrah sumerah pada ke adaan atau menerima kondisi apa ada nya, tetapi dengan kesabar an itu kita berupaya meng hi dupkan semangat un tuk keluar dari keadaan yang se dang meng impit.

Dalam surah al-Anfal [8] ayat 66, Allah SWT menginformasikan bahwa di dalam ke sabaran terkandung kekuatan transformatif bila kita lapang dada menyikapi kehi dupan yang terjadi.Bagi orang-orang yang sabar, ketika bencana kekeringan dan gempa menimpa, misalnya, dia tidak larut dalam kesedihan berkepanjangan tanpa melakukan usaha keluar dari musibah tersebut.

Ketika kekurangan harta menjadi persoalan signifikan bagi pendidikan anaknya, hal itu tidak lantas mematikan semangatnya untuk terus berusaha.Kekuatan usaha inilah yang menjadi sumber dasar dari Islam.

Term usaha lebih dekat dengan konsep “amaliah“ dalam Islam, yang menyatukan antara ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang tecermin dalam perbuatan.Bagi seorang Muslim sejati, musibah dipahami sebagai uji an untuk mengokohkan ke ima n an pada-Nya. Kerangka paradigmatik ubûdiyah digunakan untuk me lewati cobaan Ilahi. (QS al-Ankabut [29]: 2).

Tonggak awal perubahan hidup diawali dari seberapa piawai kita keluar dari impitan ma salah, sehingga menerpanya menjadi individu taat, takwa, sabar, dan tawakal. Dengan hal inilah umat akan lebih bijaksana menyikapi aneka mu sibah yang seolah tak pernah berhenti me nguji keiman an.Merintih dan te rus larut da lam kekesalan bukanlah haki kat kesabaran. Al-shabru ialah sebuah ke rangka ketabahan jiwa yang menyertakan optimalisasi perbuatan aktif.

Sumber, Hikmah Republika 2 Juni 2012

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *