Nilai Simbolik Berkurban untuk Mencerdaskan Kehidupan Bangsa

Ilustrasi kurban / Foto NU Online

UINSGD.AC.ID (Humas) — Akhir-akhir ini bangsa Indonesia sedang mengalami krisis multidimensional yang oleh sebagian ahli ditengarai, faktornya sebagian besar masyarakat Muslim belum sepenuhnya memahami makna esensial berkurban. Berkurban lebih sering diartikan sebagai menyembelih hewan kambing, kerbau atau sapi.

Padahal, menyembelih hewan tersebut hanyalah makna simbolik dari berkurban. Sementara itu, makna sejati kurban, bagaimana kita sebagai makhluk bernalar ‘menyembelih’ ego, sifat rakus, cinta berlebihan terhadap harta dan jabatan atau kekuasaan. Oleh karena itu, Idul Adha, seperti yang dilaksanakan pada tahun ini harus dijadikan sebagai momentum memperbarui spirit (semangat) mau berkurban; berkurban untuk kepentingan bangsa dan negara, dan bukan justru ‘mengorbankan’ bangsa dan negara untuk kepentingan diri sendiri dan kelompoknya.

Allah Akbar, Allah Akbar, Allah Akbar
Jamaah Salat ‘Id Rahimakumullah!

Kata “kurban” yang berasal dari bahasa Arab tersebut dapat diartikan “dekat” atau “mendekatkan diri dengan sem-purna”. Makna kurban itu dalam istilah Islam berarti kita ber-usaha menyingkirkan hal-hal yang dapat menghalangi upaya mendekatkan kita kepada Allah.

Penghalang mendekatkan itulah yang disebut ‘berhala’ dalam berbagai bentuknya, seperti ego, nafsu, cinta kekuasaan, cinta harta-benda dan lain-lainnya secara berlebihan. Pesan mendasar dalam perintah tersebut dalam konteks Idhul Adha, agar manusia tidak sesat dalam menjalani hidup, sehingga harus selalu menjalin kede-katan dengan Allah dan merasakan kebersamaan dengan-Nya setiap saat.

Manusia, karena mudah sekali teperdaya oleh ke-senangan sesaat yang dijumpai dalam perjalanan hidupnya, maka Allah memberikan kiat, metode dan bimbingan untuk selalu melihat kompas (arah) kehidupan berupa shalat dan zikir agar bahtera kehidupan tidak salah arah.

Untuk mengetahui lebih jelas Naskah Khutbah Idul Adha tentang Nilai Simbolik Berkurban untuk Mencerdaskan Kehidupan Bangsa oleh M. Karman, Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Sunan Gunung Djati Bandung dapat diunduh pada laman ini

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *