Apa yang sedang ramai dibicarakan oleh akademisi di dunia pendidikan tinggi global bisa ditemukan di jejaring media sosial terutma Twitter. Makna global di sini menunjuk pada komunitas warga kampung dunia yang memungkinkan saling berinteraksi secara realtime tanpa batas geografis, domisili, dan negara.
Jejaring sosial di antaranya Twitter, Facebook, WhatsApp, dan Instagram. Twitter muncul lebih awal.
Mahasiswa di Eropa sangat mengenal Twitter. Akun twetter merebak di kalangan mahasiswa Eropa. Bahkan diminati pula oleh para profesor, dosen, dan pendidikan global. Misalnya, salah satu universitas ortodok di Inggris mewajibkan dosen-dosen senior memiliki akun Twitter minimal sekedar untuk menengok apa yang sedang dibicarakan kalangan mahasiswa.
Perbincangan para akademisi global berlangsung di Twitter. Mereka tetap bertahan di Twitter meskipun muncul media jejaring lain, seperti Facebook, WhatsApp, dan Instagram. Mereka tidak migrasi ke media sosial jejaring baru.
Academic writing menjadi perbincangan keseharian di Twitter. Topik ini telah menjadi keseharian di kalangan mahasiswa Asia, yakni Sungapura dan Malaysia. Juga di kalangan akademisi Timur Tengah. Terlebih di dunia pendidikan tinggi Eropa merebak akun Twitter pusat-pusat penulisan akademik (academic writing centers) sejak 1980-an.
Orang Indonesia generasi 1990-an lebih meminati Facebook. Adapun generasi millenial Indonesia lebih meminati Instagram. Akan tetapi, diskursus academic writing tidak dijumpai di Facebook terlebih di Instagram. Kecuali tahun 2019 mulai tumbuh poster-poster academic writing di Facebook dari akademisi Indonesia.
Topik academic writing dari akademisi Indonesia di Twitter baru terdengar dari kalangan mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Umumnya, berupa cuitan seputar curhat kesulitan menulis artikel ilmiah. Ini setidaknya terbuka kesadaran untuk menjadi bagian dari komunitas global.
Tulisan ini merupakan hasil dari mendengarkan apa yang sedang berlangsung di dunia pendidikan global secara realtime tentang academic writing. Semacam “ngintip” kemajuan di dunia tetangga.
Bandung, 12 September 2020
Dr. Wahyudin Darmalaksana, M.Ag, Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung.