Muhasabah Menuju Keberuntungangan

(UINSGD.AC.ID)-Di dunia ini tidak ada yang abadi kecuali perubahan. Semua kehidupan dihadapkan pada perubahan, kita harus memilih di antara dua pilihan, menjadi diri yang diubah (objek perubahan) atau menjadi subyek perubahan. Saat ini kita berada dalam situasi disruptif, bahkan ada yang menyebut dengan megashift, yaitu perubahan yang sangat besar. Apa yang ada dalam  benak Kita?: Apakah kita memilih mendiskrupsi (disrupting) ataukah didisrupsi (disrupted)? Apakah kita memilih sebagai trendsetter dan driver ataukah follower dan passanger?

Jika kita merenungkan QS.Ali Imran ayat 110, seharusnya kita menjadi subyek perubahan, أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ ukhrijat linnas, menjadi history maker dalam pengertian positif, artinya menjadi pencetak sejarah yang meninggalkan sebanyak mungkin legacy positif untuk generasi selanjutnya.

Untuk mewujudkan hal tersebut, kita seharusnya memiliki kesadaran sejarah (historical consciousness). Dengan kesadaran ini, kita akan menjadi subyek perubahan yang akan membuat garis kehidupan menuju masa depan yang lebih baik, bermakna dan bernilai. Dengan kesadaran ini, kita akan mampu melihat seluruh garis kehidupan yang pernah kita lewati secara positif, meskipun tidak semua yang kita harapkan bisa diwujudkan. Artinya, boleh jadi kita belum dapat mencapai tujuan yang telah kita tetapkan alias mengalami kegagalan.

Dengan kesadaran ini, kita akan merefleksikan setiap momen yang pernah dilalui, baik momen keberhasilan maupun momen kegagalan, sebab orang yang berhasil bukan berarti tidak pernah mengalami kegagalan, namun sejauh mana kita mampu mengambil pelajaran dari setiap kegagalan tersebut.

Untuk mengetahui lebih lengkap Khutbah Jumat tentang Muhasabah Menuju Keberuntungan oleh Prof. Dr. H. A. Rusdiana, Drs., MM., Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung silahkan kunjungi laman Naskah Khutbah Jumat ini

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *