Milad ke-36 SPI, Bongkar Potensi Manusia demi Kehidupan Lebih Bermakna

(UINSGD.AC.ID)- Murid yang berhasil itu bukan yang meniru atau copy-paste ide/gagasan gurunya, tetapi yang berani berbeda bahkan lebih unggul dari gurunya, kata Dr Samsudin, M.Ag, ketua Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI) Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Sunan Gunung Djati Bandung, dalam Webinar Kemanusiaan, History Fest 2022, Kamis (23/06/2022).

Kata-kata motivasi yang dilontarkan Dr Samsudin seolah membongkar kebermaknaan Milad SPI ke-36, supaya para mahasiswanya terus termotivasi dalam rangka mengukir banyak prestasi; juga dosennya senantiasa meningkatkan karya kreatifnya, terutama  dalam menulis artikel jurnal.

“Kita (Jurusan SPI UIN Bandung, red) kan meraih peringkat satu nasional untuk publikasi karya ilmiah dari Sinta Dikti. Lalu, kepercayaan masyarakat pun semakin tinggi, terlihat dari meningkatnya animo masyarakat yang ingin menguliahkan anaknya ke Jurusan SPI,” ujar Dr Samsudin.

Agar banyak raihan prestasi, tentu aktivitas SPI akan semakin dinamis, bahkan bermuara pada keunggulan dan daya saing.  Terlebih sekarang menghadapi reakreditasi BAN-PT yang harus mempertahankan nilai A. “Meskipun reakreditasi bersifat formalitas dan teknis, tetapi sangat penting untuk mempertahankan daya saing kita di level nasional dan internasional,”’ katanya.

Wakil Dekan III FAH Dr H Ading Kusdiana, M.Ag mengucapkan dirgahayu yang ke-36 bagi Jurusan SPI, seraya mendoakan agar SPI semakin maju, semakin eksis, dan berkontribusi bagi pembangunan bangsa.  “Kami mengapresiasi History Fest ini, karena diyakini mampu memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pencerahan terutama bagi mahasiswa,” ujar Dr Ading, saat membuka acara, mewakili Dekan Dr H Setia Gumilar, M.Si.  

Ia berharap Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) juga tetap menjaga kekompakan, kerukunan, dan kesolidan, agar mudah mencapai cita-cita yang diharapkan. “Apabila keberagaman di HMJ dimanaj secara baik, maka akan menjadi sumber kekuatan. Jika tidak dimanaj, maka akan mudah terjadi  konflik, bahkan menjadi sumber malapetaka,” katanya.

Bercermin dari sejarah, ketika Rasulullah berhijrah ke Madinah, pertama kali yang ia bangun adalah  masjid sebagai tempat ibadah dan musyawarah; lalu mengembangkan ukhuwah islamiyah, seterusnya menerbitkan Piagam Madinah untuk mempersatukan umat yang beragam agamanya. “Kita punya konsep moderasi beragama, mari bangun kerukunan, toleransi, dan solidaritas antarkita, termasuk di kalangan pengurus ormawa,” jelasnya.

Seperti diketahui, History Fest 2022 digelar oleh HMJ dalam rangka ulang SPI FAH yang ke-36. Dilengkapi dengan Webinar Kemanusiaan “Menggali Potensi Manusia dalam Lintasan Filsafat dan Sejarah, guna Mengembangkan dan Mempertahankan Hidup serta Kehidupan Manusia”, dengan narasumber Dr Fahrudin Faiz (pakar filsafat UIN Suka Jogjakarta) dan Ahmad Mansyur Suryanagara  (Sejarawan UIN SGD Bandung). [nanang sungkawa]

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *