Merawat Oase dari Kebun Terpadu UIN

[www.uinsgd.ac.id] Kampus hijau kini tak hijau lagi. Pepohonan dan rerumputan kini berganti dengan tembok dan beton. Membuat Atmosfir kampus terasa gersang. Melihat lahan hijau dengan berbagai tanaman di UIN SGD Bandung, bak melihat oase di tengah gurun.

Oase itu memang ada, terletak di salah satu sudut kampus, bersembunyi di belakang Gedung Lab Terpadu dan bersebelahan dengan lapangan tennis. Luasnya sekitar 1000 meter ditumbuhi puluhan macam tanaman. Hijau, asri dan tenang. ‘Kebun Terpadu UIN SGD Bandung’ begitu yang tertulis di gerbang pintu masuknya.

Ketika melangkahkan kaki dan memasuki kebun terpadu, Suaka di sambut oleh laki-laki setengah baya yang sedang merapihkan tanaman. Agus Arifin (56), ia petugas kebun. Sejak 2006 lalu ia ditugaskan merawat kebun. Hobi dan kecintaannya terhadap tanaman membawanya untuk terus merawat kebun hingga hari ini.

“Dulu lahan kebun lebih luas sampai ke atas sana,” kata Agus sambil menunjuk lahan tinggi yang berhimpitan dengan Gedung Serba Guna. “Sekarang ya, tinggal segini yang tersisa,” lanjutnya ketika Suaka berbincang soal kebun, Senin (17/11/2014).

Sejak 2007 lalu Kebun Terpadu berada dibawah naungan Fakultas Sains dan Teknologi UIN SGD Bandung. Ketika itu telah lahir jurusan Argoteknologi, lahan seluas 1000 meter ini menjadi tempat mahasiswa melakukan kuliah, praktikum hingga penelitian. Padahal menurut Agus, lahan minimal yang dibutuhkan untuk memfasilitasi mahasiswa dalam mengembangkan inovasi khususnya bidang agro, harus lebih dari dua hektar.

Selain tanaman, di dalam kebun juga terdapat ruang yang kerap digunakan sebagai tempat diskusi mahasiswa dan kegiatan lainnya. Pemandangan yang asri, serta tanaman yang hijau membuat banyak mahasiswa menggunakan ruang di dalam kebun untuk berdiskusi.

Sampai sekarang sudah ada sekitar 90 jenis tanaman obat dan hias. Mahasiswa yang datang tidak hanya mahasiswa dari Fakultas Sain dan Teknologi. Agus mengatakan kebun ini terbuka untuk mahasiswa mana saja, asalkan meminta izin terlebih dahulu kepadanya selaku pengelola kebun.

Kampus Memprihatinkan

Mengenai lingkungan UIN yang semakin hari semakin memprihatinkan, Agus menyayangkan kepada pihak kampus yang minim kesadaran terhadap lingkungan sebagai penyelaras hidup.

“Kalau benar UIN sedang berbenah diri, seharusnya berbenah bukan soal pendidikannya saja tetapi juga harus memperhatikan lingkungan. Penghijauan itu perlu untuk menjaga keseimbangan hidup, menjadikan UIN tempat yang representatif dalam proses belajar mengajar,” ujar Agus.

Ia juga mengungkapkan rasa herannya terhadap pihak kampus karena kurang pedulian dari segi pendanaan. Padahal keberadaan taman di UIN merupakan hal yang diidamkan, pohon rimbun sebagai penyaring udara serta penyerap air tanah. Yang ada hanya untuk pendanaan taman baru yang tidak bertahan lama dan rusak.

Agus Arifin tidak sendiri, bersama anak yang juga pegawainya, Asep Sonaza (32) berusaha mempertahankan dan merawat Kebun Terpadu sampai keakarnya. Mereka percaya bahwa tanaman untuk kehidupan manusia, untuk keseimbangan hidup. Tidak ada alasan untuk tidak mencintai lingkungan, karena tentu hidup harus selaras dengan alam. (Ratu Arti Wulan Safitri, Adi Permana/Suaka)

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter