Pergantian tahun baru menandakan setiap manusia harus senantiasa melakukan muhasabah terhadap setiap perilaku yang dilakukannya pada tahun sebelumnya. Gus Mus berujar dalam syairnya, “Saatnya kita menunduk untuk memandang diri kita sendiri.”
Mengenai hal ini, ajaran Islam sudah memberikan panduan kepada umatnya, seperti tertera dalam QS al-Hasyr ayat 18, yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Dalam ayat di atas, terkandung pesan bagi orang-orang yang beriman untuk senantiasa melakukan ketakwaan. Ciri ketakwaan dalam ayat di atas adalah keharusan manusia untuk senantiasa meneliti, memperhatikan, dan memahami apa yang sudah dikerjakannya pada masa lalu.
Manusia bertakwa adalah manusia yang berhasil melakukan muhasabah dari apa yang pernah dilakukannya untuk hari esok dan masa depan.
Perintah ayat tersebut sudah diteoritisasikan oleh para sejarawan bahwa masa lalu menjadi ibrah bagi masa kini dan masa yang akan datang. Mengenai ibrah ini, Alquran dalam surah Yusuf ayat 111 menjelaskan, hanya orang-orang yang berakallah yang akan mampu mengambil makna atau pelajaran dari apa yang pernah diperbuatnya pada masa lalu.
Sepanjang 2020 sudah banyak kita menyaksikan berbagai realitas kehidupan, baik dalam bidang sosial, budaya, ekonomi, politik, kesehatan, maupun agama. Realitas tersebut telah mempengaruhi berbagai perilaku manusia di dunia ini. Yang paling fenomenal adalah dalam bidang kesehatan, seluruh penjuru dunia tak terkecuali Indonesia, dilanda wabah yang menakutkan dan mencemaskan, wabah Covid-19.
Berbagai kebijakan diterapkan sebagai upaya merespons bahaya wabah tersebut. Dari beragamnya respons manusia, wabah Covid-19 belum bisa hilang dari jagat raya ini, bahkan para ahli berpendapat bahwa wabah ini tidak akan bisa hilang dan akan menjadi penyakit yang akan mengiringi perjalanan hidup manusia sebagiamana wabah sebelumnya, seperti flu, TBC, dan sebagainya.
Melihat kondisi tersebut, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh kita sebagai umat Islam. Pertama, kita harus senantiasa mampu menggunakan akal dengan cerdas. Akal merupakan modal dalam memahami realitas kehidupan. Orang yang mampu memanfaatkan akalnya dengan baik, sikap dan gaya hidupnya sudah pasti akan berada dalam kebaikan dan keberkahan.
Kedua, kita harus selalu menghidupkan kalbu kita. Menata kalbu dengan baik akan menghasilkan sikap yang empati terhadap berbagai persoalan yang ada dihadapannya. Merenungi dan menata posisi kalbu merupakan upaya cerdas yang harus dilakukan oleh setiap insan.
Ketiga, mengelola keinginan atau nafsu duniawi merupakan langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh setiap insan. Keinginan yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam harus senantiasa ada dalam setiap jiwa yang berharap pada kondisi yang stabil dan berkah.
Keempat, setiap insan harus mengutamakan sikap sabar. Sikap inilah menjadi kunci dalam memberikan kesuksesan dalam menghadapi kehidupan ini.
Empat hal itulah yang harus ada dalam diri manusia dalam menyongsong dan mengisi tahun baru ini.
Wallahu a’lam.
Dr. H. Setia Gumilar, S.Ag, M.Si, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Sumber, Hikmah, Republika 6 Januari 2021