Mencintai Rasul seperti yang Dicontohkan Gulen

[www.uinsgd.ac.id] Fakultas Ushuluddin (FU) UIN SGD Bandung bekerjasama dengan Fethullah Gulen Chair UIN Syarif Hidayatullah menggelar Peluncuran dan Bedah Buku “Cahaya Abadi Muhammad SAW, Kebanggaan Umat Manusia karya Muhammad Fethullah Gulen” dengan menghadirkan nara sumber Prof. Dr. Afif Muhammad, MA (Guru Besar UIN SGD Bandung), Dr. Ali Unsal, Ph.D (Direktur Fethullah Gulen Chair UIN Syarif Hidayatullah) dan Munir, MA (Dosen UIN SGD Bandung) yang dibuka secara resmi oleh Pembantu Rektor IV, Prof. Dr. H. Moh. Najib, M.Ag. di Aula Fakultas Ushuluddin, lantai IV, Kamis (13/12)

Dalam sambutanya, menjelaskan “Sangat menyambut baik kegiatan ini. Mudah-mudahan dengan adanya kerjasama ini tidak berhneti di sini, tetapi harus terus berlangsung dan dikomunikasikan. Untuk itu, mari kita mencoba belajar meneladani Rasulullah dalam kehidupan sehar-hari karena Nabi Muhammad merupakan sosok pemimpin yang harus dijadikan panutan, suri tauladan oleh kita bersama,” paparnya.   

Acara yang dihadiri 200 peserta ini mengulas buku setebal 1231 dan best seller yang berisi tentang kumpulan ceramah ceramah Muhammad Fethullah Gulen yang disampaikan dari mimbar ke mimbar masjid pada ribuan jamaah untuk membangkitkan kecintaan terhadap Rasulullah SAW.

Buku ini adalah salah satu di antara sekian banyak buku sirah yang mencoba menjelaskan tentang pribadi Rasulullah Saw. Namun, jika kita termasuk orang yang khawatir akan bosan ketika membaca sebuah buku sirah Rasulullah Saw. karena sering kali buku-buku genre ini semata-mata hanya melulu berisi rangkaian kronologi berbagai peristiwa penting yang terjadi di sepanjang perjalanan hidup Muhammad Saw., maka dengan membaca buku ini kita dapat menyingkirkan kekhawatiran semacam itu. Sebab dengan teknik penyusunan yang unik, penjelasan yang terdapat dalam buku ini menjadi begitu dinamis dan tidak menjemukan.

Sebagai sebuah buku yang semula berwujud kompilasi ceramah dan kuliah tentang Rasulullah Saw. yang disampaikan oleh penulisnya dalam berbagai kesempatan, di dalam buku ini kita dapat menemukan hasil analisa penulisnya yang berhasil memunculkan potret Rasulullah Saw. yang nyaris sempurna. Posisi Rasulullah Saw. sebagai ayah, suami, panglima militer, kepala negara, dan sebagainya, dapat kita telaah lebih dalam melalui buku ini.

Jadi, jika kita membayangkan bahwa dengan membaca buku ini kita akan menemukan riwayat Muhammad Saw. yang biasa-biasa saja, runut dari awal kelahiran hingga akhir hayat beliau, tampaknya pikiran tersebut harus segera dienyahkan karena buku ini menguraikan kehidupan Muhammad Saw. secara tematik dengan alur pembahasan yang tangkas dan mudah dicerna nalar. Dalam buku ini dengan jelas dapat kita lihat penulis mampu membuat pelbagai peristiwa yang dulu dialami Rasulullah Saw. dapat “berdialog” dengan masa kini, hingga dengan membaca uraian-uraiannya, kita akan merasakan seolah-olah Rasulullah Saw. hadir di tengah kehidupan kita.

Ali menegaskan, “Dengan membaca buku ini kita akan mendapatkan perasaan cinta kepada Rasulullah untuk meningkatkan dan bertambahnya keimanan serta akan mendapatkan syafaat dari rasulullah,” tegasnya.

Bagi Afif menguraikan, sudah selayaknya kita meneladani akhlak Rasululah di tengah-tengah krisis moral ini. “Pada zaman yang sedang mengalami krisis moral ini pembentukan karakter seperti yang diperaktikan oleh Rasulullah perlu kita contoh,” ujarnya.

Dalam pembentukan karakter ini harus meruju kepada akhlak Rasulullah, “Bagimana caranya duduk, berjalan, cara makan, minum, hubungan dengan Istri, anak, sahabat. Semuanya akhlah Rasululloh ini sudah sepatutnya kita peraktikan dalam kehidupan sehari-hari,” jelasnya

Pada diri Gulen yang selalu berusaha mencintai Rasulullah dan menjadi kebanggaan umat Islam ini, kata Munir “Pada Gulen ini tidak pernah merasa menjadi pemimpin. Meskipun banyak jemaahnya. Ia hanya ingin berusaha bagaimana mencitai Rasulullah dengan sepenuh hati,” paparnya.

“Dengan membaca buku ini mari kita belajar mencintai Rasul seperti yang telah dicontohkan Gulen. Meskipun banyak orang yang mencibir atau menentangnya dengan cara membangun opini bahwa keberadaan Gulen di Turki ini bagaikan Imam Khumaeni di Iran,” pungkasnya.*** [Ibn Ghifarie, Dudi]

WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *