(UINSGD.AC.ID) — Berbagi dan memberi itu adalah salah satu ajaran penting dalam agama. Berbagi menjadi semacam kesadaran bahwa kita hidup tidak sendirian. Ada orang lain di sekitar kita. Ada mereka yang patut kita perhatikan juga.
Begitupun memberi. Prinsip memberi ada pada tuturan agama yang menegaskan bahwa hendaknya harta tidak menetap hanya di orang dan lingkungan tertentu. Pada harta yang kita miliki ada hak bagi orang-orang lain dan kita wajib mendistribusikannya. Begitu menurut nasihat agama yang lainnya.
Berbagi dan memberi adalah simbol bahwa umat beragama senyatanya seumpama lidi “satu ikatan”. Ia mungkin datang dari etnis tertentu. Ia mungkin menggunakan dialek bahasa yang kita tidak mengerti. Ia mungkin tampil dengan rambut keriting. Ia mungkin mengada dengan penampilan yang kita tidak suka.
Dalam kerangka umat, mereka adalah kita. Saudara sekeyakinan. Saudara seiman. Seumpama tubuh itulah kita. Dalam kerangka kesatutubuhan inilah “memberi” dan “berbagi” mendapatkan maknanya. Dalam kesatutubuhan, bagian lain harus merasakan sakit dan terusik jika bagian tubuh lainnya terluka.
Tapi senyatanya, tak hanya keumatan dan keimanan yang bisa mempersatukan. Jauh melampaui sekadar keimanan dan keyakinan, kemanusiaanlah kuncinya. Kemanusiaanlah yang seharusnya menjadi buhul pengikat antat kita sebagai sesama manusia.
Benar kata Gusdur yang mengutip pernyaan suci Ali bin Abi Thalib, bahwa “mereka yang bukan saudara dalam agama adalah saudaramu dalam kemanusiaan”.
“Memberi” dan “berbagi” tidak setiap orang mampu melakukannya. Mungkin karena keterbatasan harta. Mungkin karena katerbatasan kemampuan. Tapi seperti kata Rumi, “jika kamu memiliki lebih berikanlah. Tapi jika kamu memiliki sedikit berikan sebagian hatimu”.
Pada saudara-saudara kita di Palestina yang hari-hari ini sedang dikepung kesulitan, mungkin kita tidak bisa berbuat banyak, apakah itu “memberi” ataupun “berbagi”. Cukup berikan hati buat mereka. Cukup panjatkan doa supaya mereka diberi kesabaran dan kekuatan untuk terus bertahan dan melawan.
Memberi hati pada duka nestapa untuk saudara-saudara kita di Palestina mungkin tidak boleh sebagian. Sebanyak mungkin yang bisa kita lakukan kita berikan hati seluruhnya dengan rentangan tangan kepada Tuhan untuk memberikan pertolongan dan keselamatan dari tindakan yang brutal, sewenang-wenang dan tanpa perikemanusiaan. Allahu a’lam[]
Dr. Radea Juli A. Hambali, Wakil Dekan III Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung
WhatsApp
Facebook
Telegram
Print
Twitter
Artikel Populer
-
-
5 Februari 2020 Dekan, Kolom Pimpinan
-
18 Desember 2019 Dekan, Kolom Pimpinan
Inspiratif
Pojok Rektor
Berita Utama
-
Selamat dan Sukses Atas Raihan 5 Prodi Terakreditasi Unggul
17 Desember 2024 -
Kilas Balik Wisuda 2024 UIN Sunan Gunung Djati Bandung
17 Desember 2024 -
Pembimbing Haji Jangan Over Lap Agar Jemaah Aman dan Nyaman
16 Desember 2024