Setelah mabit di Mina, pada tanggal 9 Dzulhijah seluruh jamaah haji bergerak untuk melakukan wukuf di Arafah, yaitu sebuah padang dengan tanah datar yang memiliki luas sekitar 2 mil dengan area wukuf seluas 10,4 Kilometer. Padang ini berada disebelah tenggara Masjidil haram yang berjarak sekitar 21 Kilometer dari kota Mekkah. Wukuf di padang Arafah merupakan rukun haji, ia menjadai inti dari ibadah haji yang karenanya tidak sah haji seseorang jika ia tidak melakukan wukuf di Arafah. Dalam Hadits yang diriwayatkan Imam At-Tirmidzi, Rasululloh SAW bersabda, “haji adalah arafah’.
Muhammad Syafi’i Antonio mengintrodusir empat makna arafah, yakni; araftu, i’tiraf, ta’aruf, dan arafa as-sabr. Arafah dalam makna araftu, berkait erat dengan riwayat Ibnu Abbas, suatu ketika malak Jibril mengajarkan manasik pada Nabi Ibrahim as, lalu ia bertanya “Apakah engkau telah mengetahui manasik?, Nabi Ibrahim menjawab, na’am araftu (ya aku telah mengetahuinya) (HR. Baihaqi). Dalam makna ini sejatinya para jemaah haji yang sedang wuquf di Arafah mengetahui seluruh rangkaian manasik haji. Ia harus mengetahui mana yang rukun, mana yang wajib, mana yang sunnah, mana yang hanya fadilah dan segala macam kaifiat (tata cara) pelaksanaan ibadah haji lainnya. Pengetahuan dan pemahaman manasik yang komprehensif akan membawa jemaah haji sampai pada cita-citanya, yakni haji yang mabrur.
Dalam makna I’tiraf, Arafah mengandung arti pengakuan yang tulus atas dosa dan khilaf yang diperbuat. Karena itu manakala wukuf di padang Arafah, yang berarti mendiamkan seluruh aktifitas fisik, maka sejatinya bathin tidak berdiam dari menyampaikan pengakuan kepada Allah atas kezaliman. Dalam hal ini, jemaah bisa belajar i’tiraf dari Para nabi, Nabi Adam as misalnya melakukan i’tiraf atas kezalimannya dengan menyenandungkan kalimat, “rabbana dzhollamna anfusana waillam tagfirlana watarhamna lanakunanna minal khosirin”, Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya Kami termasuk orang-orang yang rugi.”(QS. Al-A’raf:23). Hal serupa juga disenandungkan oleh Nabi Yunus asa “lailaha illa anta subhanaka inni kuntu minadzholimin”, Tidak ada Tuhan selain Engkau Maha Suci Engkau ya Allah sesungguhnya kami termasuk orang-orang yang zalim (QS. Al-Anbiya : 87), Nabi Musa juga sama, ia pernah menyenandungkan kalimat I’tiraf yang sangat tulus, “Robbi inni dzhollamtu nafsi fagfirli”, ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menganiaya diri, maka ampunilah aku (Al-Qasas: 16).
Dalam makna ta’aruf, arafah adalah medium untuk saling mengenal diantara ummat Islam. Dalam Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13 Allah berfirman, “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti” . Dalam tahap yang paling dasar ta’aruf yang harus dilakukan oleh jemaah haji setidaknya adalah ta’aruf jasadiyah, yakni saling mengenal identitas fisik masing-masing, seperti; nama, alamat dan sebagainya. Ta’aruf fikriyah, saling mengenal pola pikir masing-masing. Berikutnya taaruf qolbiyah yakni saling mengenal hati nurani masing-masing. Buah dari tiga ta’aruf ini, jemaah haji akan terhindar dari jiddal yakni pertengkaran tidak terpuji yang bisa merusak hakikat wukuf.
Dalam arti arafa as-sabr, arafah adalah medium mengaflikasikan kesabaran secara nyata. Dalam suasana diam di padang terbuka dengan cuaca yang sangat terik dan kurang bersahabat, maka sahabat sejatinya hanyalah kesabaran. Dalam hal ini Allah menegaskan, “Sesungguhnya Allah menyertai orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah:153). Dalam makna ini arafah adalah orang-orang yang disertai Allah karena kesabarannya.
Makna lain dari arafah adalah ma’rifatul Islam, yakni sebuah proses mengenal Islam sebagai agama Allah yang paling sempurna. Karena itu dalam khutbah wada ketika di padang arafah, nabi membacakan QS. Al-Maidah ayat 3, “Pada hari ini telah aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah aku cukupkan nikmat-Ku bagimu dan telah aku ridhoi Islam sebagai agamamu”. Selamat berwukuf.[]
Aang Ridwan, Sekretaris Jurusan Komunikasi dan penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan pembimbing Haji Plus dan Umroh Khalifah Tour.