(UINSGD.AC.ID) Anas Naufal Nashrul Malik menjadikan Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI) sebagai tempat pengembangan diri, perubahan pikiran, sikap, dan pencerahan. Ini bisa dilihat dari gayanya dalam mengeluarkan ide atau gagasan yang inovatif dan berperadaban.
Ketika Anas bergabung dalam satu project yang diberi nama SMIT-20 (Smart Mosque Innovation and Technology during 20), ia mampu menciptakan project prototype, suatu alat semacam vending machine untuk ditempatkan di masjid-masjid selama Pandemi Covid-19. Alat ini bisa mengakses masker dan hand sanitizer secara gratis untuk jamaah masjid, dengan menggunakan sensor tangan menggunakan infrared dan teknologi IoT.
Project ini menjadi mengemuka dan terpromosikan, bahkan sesuatu yang luar biasa ketika dilombakan dalam even yang bertaraf internasional, World Youth Invention and Innovation Award (WYIIA) 2021, kategori Inovasi Teknologi, yang dihelat pada 16-21 Agustus 2021. Hasilnya cukup mencengangkan, project Anas dan timnya ini mampu menyisihkan ribuan peserta lomba dari 35 negara.
“Alhamdulillah kami sangat bersyukur, di kompetisi internasional yang pertama kali kami ikuti, langsung mendapatkan medali emas,” ujar mahasiswa Jurusan SPI Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Bandung ini.
Tidak berlebihan jika Anas dipandang sebagai mahasiswa yang mampu membangun peradaban, menjadi sumber daya manusia yang terampil memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Terlebih kuliahnya di Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI), Anas menjadi manusia berbudaya, berperadaban, dan mudah-mudahan berakhlak karimah.
“Tetap semangat dengan goals yang telah kita buat. Komitmen dan bulatkan tekad, pasti kita bisa meraihnya,” demikian pesan moral pemuda kelahiran Bandung, 27 Maret 1999 ini.
Paradoks, tapi Hebat
Dekan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) Dr H Setia Gumilar, M.Si, tidak ragu mengatakan bahwa Anas adalah seorang mahasiswa yang mampu menggerakkan denyut nadi sivitas akademika Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Ide dan kiprahnya dapat mendorong pimpinan, para dosen, karyawan, dan mahasiswa lainnya untuk memiliki rasa cinta, citra, serta bangga terhadap almamaternya.
“Anas ini sangat bersemangat, memiliki daya juang, dan bekerja keras dalam mengharumkan nama baik kampus, sehingga UIN Bandung bisa pentas di fora internasional,” ujar Dekan, didampingi unsur dekanat lainnya dan para ketua jurusan.
Harapan Dekan pada seluruh mahasiswa FAH, tidak sekadar mumpuni pengetahuan sejarah, peradaban, bahasa, ataupun sastra; tetapi juga menguasai dan terampil memanfaatkan teknologi yang menjadi ciri peradaban di era 4.0 atau 5.0. Sehingga jebolan Fakultas Adab dan Humaniora menjadi sumber daya manusia yang membawa perubahan dan kemajuan masyarakat, bangsa, dan negara.
“Kami dan segenap pimpinan Fakultas Adab dan Humaniora UIN SGD Bandung merasa bangga kepada semua mahasiswa berprestasi, khusunya Anas dengan project inovasi teknologinya. Apa yang dilakukan Anas menjadi sesuatu yang luar biasa, ketika idenya paradoks dengan Jurusan SPI yang diminatinya dan olahraga Taekwondo yang menjadi hobinya,” seloroh Dekan.[nanang sungkawa]