(UINSGD.AC.ID) Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia Dr H Agus Mulyana, M.Hum mengatakan, kurikulum Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Bandung pada 2022 harus melahirkan lulusan yang memiliki keterampilan Society 5.0.
Lulusan yang mampu memecahkan masalah yang komplek, berpikir kritis, kreatif, kemampuan memanajemen manusia, bisa berkoordinasi dengan orang lain, kecerdasan emosional, kemampuan menilai dan mengambil keputusan, berorientasi mengedepankan pelayanan, kemampuan negosiasi, serta fleksibilitas kognitif.
Dr Agus menyampaikan hal itu dalam workshop “Evaluasi dan Pengembangan Kurikulum FAH UIN SGD”, di Bandung, Selasa (14/12/2021). Workshop dihadiri oleh pimpinan FAH, pimpinan tiga jurusan (Bahasa dan Sastra Arab, Sastra Inggris, dan Sejarah Peradaban Islam); yang selanjutnya digelar rapat komisi masing-masing jurusan meninjau ulang nomenklatur dan substansi kurikulum yang mengacu KKNI 2016 untuk pengembangan Kurikulum 2022 dan MBKM.
Dr Agus lebih lanjut menjelaskan, Society 5.0 adalah masyarakat yang dapat menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era Revolusi industri 4.0. Seperti Internet on Things (internet untuk segala sesuatu), Artificial Intelligence (kecerdasan buatan), Big Data (data dalam jumlah besar), dan robot untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.
Society 5.0 bertujuan untuk mengintegrasikan ruang maya dan ruang fisik menjadi satu, sehingga semua hal menjadi mudah dengan dilengkapi artificial intelegent. Di society 5.0 itu bukan lagi modal, tetapi data yang menghubungkan dan menggerakkan segalanya.
Lulusan Ilmu Sejarah (Sejarawan, Edukator Museum, Guru Sejarah, Wartawan, Wisata, dan Wirausaha) itu bisa lahir dengan kurikulum yang berbasis kebutuhan, tuntutan dan dinamika masyarakat. Metode dan sumber pembelajarannya mengembangkan keterampilan Sociiety 5.0 dengan selalu penggunaan berbasis internet.
Komponen Wajib
Pada sesi berikutnya, Guru Besar Literasi UPI, Prof Dr Bachruddin Musthafa, MA, Ph.D memandang kurikulum itu sebagai peta jalan dan sumberdaya. Dan, komponen wajib kurikulum di sebuah program studi terdiri dari: kegiatan belajar, output hasil belajar, outcomes, sumberdaya, dan asesmen hasil belajar.
Fokus kegiatan belajar sangat tergantung pada persepsi dan artikulasi matakuliah. Standar umumnya meliputi teori, praktik, pengetahuan procedural, dan pengetahuan kasus. Output hasil belajar, indikator utamanya tergantung tingkatan dan bidang studi/bidang kajian. “Mahasiswa mampu mengartikulasikan komponen-komponen teori, mampu merencanakan strategi penguatan bagi diri-sendiri sebagai pembelajar, dan kesadaran metakognisi,” jelasnya.
Outcomes hasil belajar, lanjut Prof Bachruddin, bahwa semua matakuliah memiliki teori, memiliki prosedur akuisisi, dan memiliki kasus-kasus nyata yang penting. Hasil belajar bisa berupa publikasi buku, penulisan artikel, penulisan buku kerja siswa, buku panduan pengembangan kemandirian, atau bentuk tulisan dan karya lain.
Komponen wajib lainnya, kurikulum harus melahirkan tenaga ahli yang berorientasi pada nilai, pengembang sistem: perangkat keras, perangkat lunak, dan sistem pendukung kebijakan. Sedangkan asesmen hasil belajar menjadi titik strategis untuk kontrol proses dan hasil pembelajaran, apakah pembelajaran itu bagus atau jelek, atau mubazir?” jelasnya.[nanang sungkawa]