(UINSGD.AC.ID)-Tujuan ibadah puasa yang dilakukan pada Ramadhan adalah menjadi insan bertakwa. Takwa merupakan rasa takut kepada Allah SWT dibarengi dengan kesungguhan untuk menjalankan segala perintah-Nya.
Kunci menjadi muttaqien atau menjadi golongan orang yang bertakwa ialah memiliki rasa takut kepada Allah SWT atas segala dosa yang telah diperbuat, bertobat dengan sungguh-sungguh, untuk kemudian digantikan dengan pelaksanaan kebaikan-kemanfaatan.
Manusia merupakan makhluk lemah yang tidak akan terlepas dari kesalahan dan dosa. Secara psikologis, manusia beriman pasti akan merasakan kesedihan bila teringat dosa yang telah dilakukan di masa lalu.
Jalan keluar untuk menyudahi kesedihan sebagaimana digariskan dalam Alquran tidak lain manusia hendaknya melakukan perbaikan-perbaikan. “Barangsiapa bertakwa dan mengadakan perbaikan, maka tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati,” (QS al-‘Araf: 35).
Ayat Alquran di atas menegaskan, untuk menjadi hamba yang bertakwa adalah melakukan perbaikan atas kesalahan dan dosa di masa lalu. Dengan jalan ini, sebagaimana dijanjikan oleh Allah Yang Maha Pengampun, maka rasa takut di dalam diri manusia menjadi pulih dan hati menjadi tenang untuk melaksanakan ibadah dengan penuh kesungguhan.
Menjadi muttaqien erat kaitannya dengan keadaan hati. Di mana tidak ada niat dan sikap jahat kepada saudara. Rasulullah SAW bersabda, “Muslim itu saudara Muslim lain, tidak menzalimi dan merendahkannya, takwa itu di sini, takwa itu di sini. Maksudnya di hati,” (HR Ahmad).
Takwa kepada Allah Yang Maha Kuasa terletak di dalam jiwa. Ketakwaan hamba kepada Allah Yang Maha Rahman, bukan ada di dalam hati yang guncang, tetapi berada di dalam hati yang tenang. Oleh karena itu, umat muslim hendaknya mengupayakan agar hati tidak guncang, tidak berbuat zalim, dan tidak merendahkan orang lain. Dengan perkataan lain, Muslim yang bertakwa diperintahkan untuk melaksanakan kebaikan-kebaikan.
Jika orang lain ditimpa kesulitan, maka bagi orang yang bertakwa paling duluan memberikan bantuan seraya memohon pertolongan kepada Yang Maha Kuasa untuk segala kemudahan. Dapat ditegaskan di sini bahwa berbuat kebaikan adalah sebaik-baiknya takwa. Kunci menjadi muttaqien juga berserah diri kepada-Nya dengan hati tenang untuk mengupayakan perbaikan-perbaikan.
Rasulullah SAW bersabda, “Hendaknya dia melakukan sesuatu yang lebih bisa membuatnya taqwa kepada Allah,” (HR Muslim). Hadis ini menekankan agar hamba-Nya berupaya melakukan perbaikan setelah ia berbuat kesalahan.
Wallaahu a’lam.
DR WAHYUDIN DARMALAKSA, Dekan Fakultas Ushuluddin (FU) UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Sumber, Republika 21 April 2022