[www.uinsgd.ac.id] Untuk meningkatkan kualitas perkuliahan dan menjaga keseimbangan khazanah keilmuan di Fakultas Ushuluddin, maka digelar Kuliah Umum Filsafat Michel Foucault Bersama Dr. Haryatmoko (Dosen Pascasarjana UI) yang bertema “Stategi, Teknik dan Mekanisme Kuasa Michel Foucault” yang dipandu oleh Widodo. Acara yang diikuti sekitar 70 mahasiswa itu dilaksanakan di Aula Fakultas Ushuluddin, Rabu (27/3).
Menurut Dekan, Prof. Dr. H. Rosihon Anwar, M.Ag menjelaskan kegiatan ini merupakan program Fakultas Ushuluddin dalam rangka meningkatkan kualitas perkuliahan dengan cara menghadirkan dosen tamu. “Hari ini dosen tamu untuk jurusan AF adalah Romo Moko dan rencana kedepannya untuk jurusan TH akan mengundang M. Quraish Shihab, jurusan TP akan mengundang Kang Jalal dan PA akan menundang tokoh-tokoh nasional,” jelasnya.
Dekan berharap “Mudah-mudahan dengan adanya dosen tamu ini akan memberikan semangat yang lebih di tengah-tengah rutunitas perkuliatan yang hanya mengandalkan dosen Fakultas dan memberikan wawasan yang lebih dari dosen ahli. Dengan adanya kuliah ini menjadi bukti nyata dalam meningkatkan kualitas perkuliahan di Fakultas,” tambahnya.
Bagi Romo Moko, bahasa, wacana dan kekuasaan jika dilihat dari Michel Foucault sangat erat kaitannya. “Hubungan yang saling kuat ini menunjukkan wacana sangat menentukan peraktek dalam kehidupan, mulai dari poli pikir, tindakan. Disadari atau tidak sangat mempengaruhi karena kekuasaan itu bisa hadir melalui bahasa sebab bahasa akan menentukan topik,” paparnya.
“Meskipun sudak terjadi pencampuradukan antara pengetahuan, kekuasaan dan kebenaran. Namun, perlu diingat kekuasaan itu tidak hanya bersifat refresif, tapi juga produktif. Pengalaman saya di asrama atau yang pernah tinggal di pesantren, rutinitas makan pagi jama enam, siang jam satu dan sore. Pada dasarnya supaya patu, taat, mengontrol, dan ada kepentingan dibaliknya. Bukan hanya untuk tertib, terkendali,” jelasnya.
Oleh karena itu, wacana merupakan bahasa yang telah terjadi. “sesuatu ini sangat erat hubunganya dengan kekuasaan,” pungkasnya. [Ibn Ghifarie, Dudi]